Postingan

Kation

Sudah bisa dipastikan, pada masing-masing tahapan hidup, kita dianugerahi satu dua atau beberapa manusia baik yang cenderung pasrah (?) mau dekat dengan kita. Nah, saya juga punya beberapa, tapi kali ini saya akan bercerita soal dua manusia baik dulu, Kak Ria dan Kak Sarah (maaf banget sok muda tapi di dalam sirkel ini memang saya paling muda. OK. Ya walaupun di kehidupan sehari-hari "Kak" hanya saya gunakan untuk Kak Sarah HAHAHA). Saya juga bisa pastikan ketika membaca tulisan ini, mereka berdua akan mual, muntah, pusing, dan gejala anti alay lainnya. Baiklah, saya tahu ini sedikit alay, tapi tolong kalau kalian yang membaca ini setidaknya jangan pingsan dulu. Mungkin, sudah banyak teman-teman mereka lainnya yang menceritakan kisah inspiresyen dari mereka berdua, maka saya merasa perlu juga menceritakan kisah saya yang cenderung tidak inspiresyen-inspiresyen banget ini yang tapi insyaallah saya buat sejujur mungkin dan penuh kasih sayang (hueks). Well, setelah naik turun dr...

Jakarta ke-498!

Dahulu, di dalam benak saya, Jakarta adalah salah satu kemungkinan, berasosiasi pada opportunity-ambisi-mimpi-pondasi. Maka bagi saya, Jakarta adalah sebuah kebun mimpi yang perlu saya tanami dan saya rawat, untuk kemudian nanti jika beruntung bisa menuai  hasilnya. Susah sekali saya menggambarkan secara utuh bagaimana perasaan saya dengan kota ini, sangat kompleks. Tapi bagi saya, Jakarta dan seluruh sudutnya (jiakh seluruh sudut, anggap saja begitu) merupakan pembelajaran hidup yang insyaallah akan selalu saya simpan dan kenang. Kita (atau saya, ya?) seringkali mengutuk kehidupan. Baik saat macet, saat sedih, saat frustasi, saat patah hati (?), dan lain-lain. Tapi meskipun begitu, saya ingin menyampaikan bahwa kehidupan ini begitu spesial. Meski kita semua tahu, Jakarta memang keras dan seringkali memaksa kita untuk mengutuk kehidupan ini, tetap saja kehidupan ini begitu spesial. Diperlukan komposisi yang pas dan kondisi goldilocks. Di mana segala faktor yang ada serba presisi da...
For years, I wore a borrowed name, like a coat that fit just fine, practical, grown-up, tailored for the world beyond childhood. Sunflower, they said. A name that marched, that built, that stood. But somewhere deep in the quiet halls of me, a softer sound kept echoing, Dandelion. A name that danced barefoot in the garden, that giggled under mango trees, that cried only when the stars weren’t looking. I didn't know how much I missed her until the world began to whisper her back into my ears. Not just my roots, not just those who saw me before I knew how to spell my name, but even the new hearts, the ones I’ve only just met, call me Dandelion now. And oh, how the name blooms again. Like jasmine in the dusk, (uh jasmine?) like a song I didn’t know I remembered. Dandelion, she was never lost, only waiting. Waiting beneath layers of grown-up days. Now, when someone says her name, it's not just a sound, it’s a door creaking open, a warm light pouring in, a hand reaching back to hold ...

Bapak

Bapak adalah singularitas. Bapak seperti batas cakram akresi—diam, namun menjadi poros dari segalanya. Salah satu karunia Tuhan yang akan selalu aku syukuri adalah: Bapak. Entah bagaimana, namanya bisa terdengar begitu indah di telingaku. Aku hanya tahu bahwa Bapak menghabiskan obsesi hidupnya untuk mencintaiku. Bapak tidak pernah menjanjikan hidup akan selalu nyaman. Tapi Bapak berjanji akan ada—apapun keadaannya. Sore ini, aku hampir berputus asa. Tapi kemudian aku mengingat-ingat kembali betapa serunya hidup ini. Betapa banyak hal yang sudah kulewati. Betapa aku masih bisa bercerita kepada Bapak. Betapa aku punya Tuhan yang Maha Segala-Nya. Lalu, Sore ini pula, Bapak berpesan kepadaku: Jagalah sholat lima waktu. Berdoalah. Tahajjud. Dan hiduplah dengan percaya diri. Rabb-ku, Aku meminta supaya Bapak selalu sehat dan bahagia, Serta rahmat-Mu menyertainya. Teman-teman, Jika kalian menemukan sifat baik pada diriku, maka itu adalah Bapak— Bapak yang mengajarkannya. Bapak, Aku menyayangi...

15 Mei

Siapa sangka, 15 Mei datang—tak dengan pelukan hangat, melainkan setitik duka yang tumbuh menjadi genangan air mata. Ia berdiri. Meski hatinya bersimbah luka, meski malam menolak memberi asanya. Tak ada cahaya celah jendela, udara pun seakan lupa jalannya. Fajar entah ke mana, langit membisu tak biasa. Dari mana ia berharap terang jika segala yang ada adalah gelap? Tapi perempuan itu— ia tetap di tempatnya, mengakar di tanah luka dengan nyala doa yang ia bisikkan lirih: “Tuhan, kasihanilah hamba.” Oh, betapa malang rupanya langkah yang tertatih dalam diam. Namun bukankah ia punya Tuhan yang tak pernah jauh dari air matanya yang jatuh? Maka mari, kita doakan ia— agar tetap seteguh ia, agar Tuhan mengusap kepalanya dengan kasih yang tak hingga. Selamat datang, 15 Mei yang muram. Jadilah teman, bukan beban. Dan biarkan ia tetap hidup, meski hatinya penuh luka. Aku yakin, Ia akan selalu kuat. Karena Tuhan Maha Kuasa, maka, ia, tunggu ya!

Adikku

Aku punya satu adik laki-laki yang amat baik, Beth namanya Tapi aku, sering mengecewakannya, Dan mungkin akan selalu mengecewakannya, entah sampai kapan Saat aku menulis ini, aku baru saja berselisih paham dengannya Aku tahu dia kesal, karena mungkin memang aku menyebalkan di matanya Tapi andai kamu tahu, wahai adikku Betapa aku menyayangimu, dengan sepenuh hati Mungkin kasih sayangku tidak sempurna, Tapi aku yakin, kamu tidak akan menyangka sebesar ini rasa sayangku kepadamu Aku sedih ketika kamu sedih Aku marah ketika kamu bercerita ada yang mengganggumu Aku marah ketika ada yang jahat padamu Aku bahagia ketika kamu bahagia Aku tidak ingin kamu merasakan semua kepahitan yang pernah aku rasakan Dan aku, berharap dunia lebih ramah kepada mu Adikku, Maafkan aku yang jauh dari kata sempurna Kata orang, Tuhan menciptakan pohon di hari Senin Tahukah, meskipun pohon bukan sumber utama oksigen di Bumi, Tapi pohon berperan penting untuk kehidupan Pohon bisa menjadi penghambat banjir, bisa unt...
hari ini, tidak ada lagi yang bisa aku harapkan kecuali Tuhan kepada-Nya aku meminta supaya hujan lekas reda lalu matahari terik bercahaya supaya pelangi menghiasi angkasa aku, pada titik terpasrah dalam hidupku ini hanya bisa berdoa supaya Tuhan menunjukkan kuasa