Eunoia

Instead of menyebut hari ini adalah hari ulang tahun saya, saya lebih suka menyebutnya dengan hari jadi saya dengan ibu yang melahirkan saya, dengan ayah yang setengah obsesi hidupnya adalah untuk mencintai saya, dan dengan abang yang selalu ada di situasi apa pun. Maka, di hari ini, di hari jadi saya dengan orang-orang terpenting dalam hidup saya ini dan di hari di mana saya sudah mengorbit matahari yang ke-25 kali ini, biarkan saya menuliskan beberapa paragraf tentang renungan saya.

It's a world of laughter, a world of tears
It's a world of hopes, and a world of fears
There's so much that we share
It's time we're aware
It's a small world after all
There is just one moon and one golden sun
And a smile means friendship to everyone
Though the mountains divide and the oceans are wide
It's a small world after all
It's a small world after all
It's a small world after all
It's a small world after all
It's a small, small world
It's a world of laughter, a world of tears
A world of hopes, and a world of fears
There's so much that we share
It's time we're aware
It's a small world after all
There is just one moon and one golden sun
And a smile means friendship to everyone
Though the mountains divide and the oceans are wide
It's a small, small world
It's a small world after all
It's a small world after all
It's a small world after all
It's a small, small world
It's a small world after all
It's a small world after all
It's a small world after all
It's a small, small world
It's a world of laughter, a world of tears
A world of hopes, and a world of fears
There's so much that we share
It's time we're aware
It's a small world after all

Pertambahan usia selalu memberikan saya kesadaran kosmis bahwa saya paling beruntung dari siapa pun, saya beruntung masih diberi umur oleh Allah, masih ada ibu, ayah, abang, dan adik. Saya juga beruntung saya memiliki teman-teman saya (yang meskipun tidak banyak, setidaknya saya punya orang yang saya sebut teman). Apalagi sejak saya mengetahui bahwa saya menyayangi mereka, saya lebih bahagia lagi, terima kasih ya semuanya. Meskipun kalian mungkin tidak (begitu) sadar apakah kalian menyayangi saya atau tidak, tapi tetap saja saya ingin berterimakasih, terima kasih semuanya.

Sepanjang karir saya sebagai manusia, rasanya karir saya ini masih buruk sekali. Saya seringkali merasa paling penting di bumi ini tanpa memikirkan yang lain, saya masih seringkali merasa bangga pada apa-apa yang sebenarnya semu, saya juga seringkali merasa paling menderita di bumi ini, tapi di waktu yang sama, saya juga merasa terharu jika mengingat apa-apa saja yang sudah saya lewati, yang sudah saya selesaikan, yang sudah saya pelajari. Maka, terima kasih ya widha mutiara sudah berjuang sejauh ini, sudah kuat, sudah selalu tegar, sudah selalu percaya diri, sudah berbaik hati, sudah peduli, meski pun sering juga orang lain bahkan tidak sadar dan peduli kepada kamu. Terima kasih ya widha mutiara.

Kalian tahu Pangerang Kecil di buku Le Petit Prince karangan Antoine de Saint-Exupéry tidak? Kalau kalian tidak tahu, kalian bisa googling ya. Tapi kalau kalian tahu, saya mau bercerita bahwa saya merasa saya memiliki banyak persamaan dengan Pangeran Kecil. Ya betul, saya aneh (mungkin). Saya sering merasa hidup pada dimensi yang berbeda dengan milyaran manusia lainnya, saya merasa terjebak di sini dan sulit sekali untuk keluar. Saya terjebak di segala hal yang orang dewasa permasalahkan, yang selalu berorientasi pada goal, yang semua seakan-akan perlu dikejar dan perlu diraih. Tuh kan, capek kan dengernya? Sama, saya juga. Saya mendengar mereka saja sudah lelah. Duh widha yang naif.

Di saat orang-orang sibuk menjadi manusia terkeren di dunia, tersibuk, terproduktif, terkaya, dan terhebat, saya masih di tempat yang sama. Menepi, mengagumi semua hal yang ada di alam semesta, mengagumi langit dan isinya, serta menyayangi orang-orang. Tuh kan, apa saya bilang, saya naif kan?

Tapi ketahuilah teman-teman, di hari ini, saya memiliki kekhawatiran yang sama dengan kalian semua. Saya juga khawatir dengan apa saja, termasuk dengan mari kita sebut pendidikan dan masa depan. Saya punya mimpi untuk menjadi ibu yang berpendidikan tinggi, meskipun pendidikan tak melulu soal gelar, tapi saya punya mimpi untuk melanjutkan pendidikan formal saya, tapi semakin kesini saat saya mulai memasuki diri saya sendiri, saya justru tersesat entah kemana, apa kalian juga begitu? Saya galau setengah mati pada hal yang seharusnya tidak perlu digalaukan. Tapi saya galau. Gimana dong? Iya begitu. Jadi mohon doanya supaya saya segera mendapatkan pencerahan. Selain pendidikan, sepertinya lumrah saya merasa khawatir pada yang sebut saja cinta-kepada-manusia, meskipun saya tau, kematian dan jodoh itu bisa datang kapan saja, tapi sebagai manusia biasa tentu saja saya pernah galau. Terlebih di tahun ini saya mengalami sesuatu yang tragis: patah hati. Silakan tertawa, karena saya izinkan kalian untuk tertawa. Patah hati saya ini rasanya paling sakit, tapi di sisi lain saya tau saya kuat dan saya tau kalau ini bagian dari pelajaran hidup saya. Jadi gimana ya? Ya galau. Haduh galau melulu. 

Ya begitulah hidup, ada saja celah yang bisa membuat kita mengeluh. Eh bukan, saya rasa bukan hidup yang bermasalah, saya rasa manusianya saja yang pandai sekali mencari celah untuk selalu mengutuk kehidupan. Padahal kehidupan selalu gigih, kitanya yang kadang lemah, termasuk saya *nunjuk diri sendiri* *dengerin RAN-Si Lemah* *loh curhat*. Keluh kesah sejatinya adalah hal yang lumrah, yang tidak lumrah adalah keinginan untuk menyerah, padahal kamu bisa bangkit. Ya kan? Duh kok ini muter-muter ya ceritanya? Tapi kalian pasti sudah biasa kan menghadapi isi otak saya yang lompat-lompat, abstrak, dan divergen ini? 

Baik, untuk penutupnya, saya akan menuliskan kalimat orang bijak. Meskipun kita (termasuk saya) sering mengutuk kehidupan, tapi kalian perlu tau bahwa kehidupan begitu spesial. Dalam kehidupan, diperlukan komposisi yang pas dan kondisi goldilocks. Kondisi di mana segala faktor yang ada serba presisi dan tepat, sehingga kehidupan kita ini dapat muncul. Sesuatu yang mungkin memiliki probabilitas mendekati nol. Alam semesta kita butuh waktu 13 milyar untuk menghadirkan kita ke bumi. Jadi sudah jelas alam semesta sangat tangguh, jadi kita pun harus tangguh, ya? Janji?

Teman-teman, ketahuilah, saya menyayangi kalian bagaimana pun kalian. Jadi cukuplah kalian menjadi diri kalian sendiri karena saya menyayangi kalian. Pun jika kalian anggap saya tak lebih penting dari kedipan mata, itu tidak masalah. Saya hanya ingin kalian tau bahwa saya insyaallah menyayangi kalian apa pun yang terjadi. Terima kasih ya.

Terakhir, saya mau mengutip perkataan Cambridge Lang pada The Cambridge Guide to the Solar System, yaitu "It is this motion that shapes the Universe, giving it form, structure and texture. When you stop moving it is all over.." Saya harap kita bisa bersama-sama terus bergerak dalam ruang dan waktu, karena kalau kamu atau saya berhenti bergerak, alam semesta kita akan runtuh. Jadi, mau kan bergerak bersama?


20 Desember 2021

Setahun kemudian, semoga sudah berada di tempat yang berbeda.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rindu: Wijaya

Dream Job

Momiji Kairou: Mapple Corridor