Badai

Tahun 2024 adalah tahun penuh tantangan bagi saya. Rasanya seperti terombang-ambing di tengah lautan tanpa kepastian, seolah-olah hidup ini tak bisa diprediksi—apakah akan selamat atau tenggelam. Dari awal tahun hingga kini, begitu banyak hal terjadi; namun, izinkan saya menceritakan beberapa kejadian yang paling membekas akhir-akhir ini. Hidup saya dipenuhi kejutan, dari yang menyenangkan hingga yang penuh duka.

Agustus menjadi titik awal pergolakan besar dalam pekerjaan. Tim di tempat kerja berubah total ketika dua anggota resign, memaksa tim kami beradaptasi dengan komposisi baru. Dari yang sebelumnya terdiri dari 1 lead dan 6 orang yang menangani 9 direktorat, kini berubah menjadi 1 lead dan 4 orang yang harus menangani 10 direktorat. Ditambah lagi, hampir semua direktorat dalam proses transformasi organisasi, menghadirkan tantangan yang tak sedikit. Omelan dan caci maki sudah menjadi “sarapan” harian dari user yang kritis. Meski respons mereka di luar kendali saya, saya tetap berusaha memberi pelayanan terbaik. Hal-hal yang berada di luar kendali memang tak perlu saya tanggung sendiri, dan saya tetap fokus pada apa yang bisa saya usahakan.

Kemudian, muncul kabar mengejutkan bahwa perusahaan tempat bapak saya bekerja mengalami pailit. Hal ini sebenarnya sudah lama tercium, mengingat bapak pernah mengalami pengurangan jam kerja. Meski usianya sudah seharusnya pensiun, bapak masih bekerja karena belum tahu pasti rencana pasca-pensiun. Pada suatu hari, saya membaca berita bahwa perusahaan bapak mengalami krisis finansial. Hutang besar yang tak tertutupi revenue membuat kesehatan keuangan perusahaan goyah. Saya pun tak bisa membayangkan beban yang bapak rasakan di usianya saat ini. Meskipun saya sudah menyiapkan tabungan untuk bapak, tapi bapak pasti sedih melihat tempat kerjanya dari awal beliau mulai bekerja menjadi seperti sekarang.

Lalu, cobaan kembali datang. Ibu tiba-tiba mengalami gejala yang mengkhawatirkan dan harus segera dioperasi. Kabar ini menyentak saya seperti petir di siang bolong. Dalam keluarga, alhamdulillah, kami jarang jatuh sakit, kecuali saat bapak mengalami kecelakaan tabrak lari dan terkena COVID-19. Di tengah meeting, saya mendapat kabar bahwa ibu harus segera dioperasi. Hati saya kalut, tapi saya berusaha tetap tenang sampai meeting usai. Setelahnya, saya tak bisa menahan tangis. Alhamdulillah, operasi ibu berjalan lancar dan kini dalam tahap pemulihan. Mohon doanya untuk kesembuhan beliau.

Di tengah kesulitan, kabar baik hadir dari adik saya. Bagaikan oasis di padang pasir, ia lulus sidang skripsi dan akan diwisuda November ini. Ini sangat melegakan karena selama ini saya mengerahkan tenaga dan waktu untuk memastikan adik lulus S1. Setelah ini, saya bisa fokus meraih mimpi-mimpi yang tertunda. Rasa bangga membuncah, terutama karena adik tahu persis apa yang ingin ia lakukan setelah lulus. Perjalanan adik menuju masa depan memberi saya ketenangan tersendiri. Dia sudah menjadi laki-laki dewasa.

Tak hanya itu, impian saya sendiri juga mulai menemukan jalan. Setelah lima tahun penuh perjuangan, akhirnya ada secercah harapan bagi saya untuk melanjutkan pendidikan dan mengejar cita-cita sebagai peneliti dan edukator. Meski masih ada langkah yang harus diusahakan, saya bersyukur mendapat kabar baik ini. Perlahan-lahan, mimpi saya yang saya bangun sejak lama kini mulai terasa nyata.

Well, di tahun ini, ada masa-masa saya menangis semalaman karena saya capek dengan ujian yang datang bertubi-tubi ini. Ketakutan akan masa depan, kekhawatiran akan keluarga, serta ketidakpastian yang terus menghantui. Tapi kabar baiknya, saya memilih untuk tetap kuat, untuk tidak menyerah. Terima kasih kepada orang-orang yang memberikan harapan kecil di saat-saat sulit ini.

Dan, terima kasih kepada diri saya sendiri yang selalu tangguh. Saya belajar memfokuskan diri pada hal-hal yang bisa saya kendalikan dan menerima yang di luar kendali.

Katanya, manusia tidak perlu takut akan hal-hal yang tidak diketahui, kalau mereka sanggup meraih apa yang mereka butuhkan dan inginkan. Kata Paulo Coelho dalam salah satu bukunya, "Kita takut kehilangan apa yang kita miliki, entah itu hidup kita, harta benda kita, atau pun tanah kita. Tapi rasa takut ini menguap begitu kita memahami bahwa kisah-kisah hidup kita dan sejarah dunia ini ditulis oleh tangan yang sama."

Saya tahu hidup ini belakangan sangat berat, tapi bukankah Tuhan sendiri yang bilang bahwa setelah kesulitan ada kemudahan? Bahkan disebutkan dua kali. Jadi, untuk diriku sendiri, kuatlah! Sebentar lagi kebahagiaan akan datang, dan mimpimu akan segera terwujud! Aamiin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dream Job

Refleksi Diri: Sustainability dan Inspirasi dari SukkhaCitta