Refleksi Diri: Sustainability dan Inspirasi dari SukkhaCitta


Pada hari Jumat lalu, 11 Oktober 2024, kami kembali mengadakan Hansei Time rutin di kantor. Hansei (反省) dalam bahasa Jepang berarti refleksi diri, dan setiap Jumat pagi, selama dua jam, kami menggunakan waktu ini untuk merenungkan langkah-langkah yang telah diambil serta merencanakan perbaikan ke depannya. Pada kesempatan kali ini, Hansei Time kami mengangkat tema yang sangat spesial dan sesuai dengan minat saya, yaitu Sustainability. Tema ini sangat menarik bagi saya karena sejak lama saya telah memiliki perhatian besar terhadap isu keberlanjutan dan pelestarian lingkungan.

Untuk memperdalam diskusi tentang tema tersebut, kami menghadirkan dua pembicara hebat: Mba Denica Flesch, founder & CEO SukkhaCitta, dan Pak Azis Armand, VP Director & Group CEO Indika Energy. Keduanya berbagi cerita yang sangat inspiratif tentang bagaimana mereka mengarahkan usaha dan peran masing-masing dalam menjaga kelestarian Bumi. Meskipun kedua pembicara menarik perhatian saya dengan tekad dan komitmen mereka, saya ingin menyoroti lebih dalam tentang Mba Denica, yang menurut saya sangat relevan dengan banyak orang saat ini.

Mba Denica adalah seseorang yang memiliki latar belakang akademik dan profesional yang luar biasa. Ia adalah lulusan Erasmus University Rotterdam dan sempat berkarier cemerlang di World Bank. Namun, seperti disambar petir di siang bolong, ia memutuskan untuk meninggalkan posisi prestisius tersebut dan memulai sesuatu yang berbeda, yaitu SukkhaCitta.

SukkhaCitta adalah brand fashion lokal Indonesia yang memiliki visi luar biasa: memberdayakan para pengrajin perdesaan di Indonesia dengan memberikan mereka akses kepada penghasilan yang lebih layak serta meningkatkan kesejahteraan mereka melalui keahlian tradisional. Melalui SukkhaCitta, Mba Denica ingin mengatasi kesenjangan pasar yang ada dan menghubungkan para pengrajin dengan konsumen secara langsung. Dengan menggunakan tagline #MadeRight, SukkhaCitta berfokus pada tiga hal utama: memastikan upah yang adil bagi para pengrajin, menerapkan praktik lingkungan yang berkelanjutan, dan melestarikan budaya lokal.

Menurut Mba Denica, keputusan untuk mendirikan SukkhaCitta didasari oleh pemahaman bahwa setiap tindakan manusia selalu membawa dampak, baik positif maupun negatif, bagi sekitarnya. Ia menyadari bahwa untuk benar-benar memahami kondisi dan tantangan yang dihadapi oleh komunitas pedesaan, diperlukan pendekatan yang lebih mendalam dan berfokus pada solusi yang nyata. Ia melihat bahwa kerajinan tangan adalah sumber penghidupan utama bagi banyak masyarakat pedesaan yang sering kali terpinggirkan oleh kemiskinan dan keterbatasan akses pasar. Dari situlah lahir SukkhaCitta, yang tidak hanya menjadi brand fashion, tetapi juga sebuah gerakan untuk menciptakan dampak sosial melalui produk yang dihasilkan.

Mba Denica juga menekankan pentingnya konsep responsible fashion, yaitu sebuah pendekatan dalam industri mode yang mengedepankan kesadaran akan dampak dari setiap keputusan yang kita buat, baik sebagai konsumen maupun sebagai produsen. Ia mengajak kita untuk berpikir ulang ketika membeli atau membuat pakaian: seberapa sering kita akan memakainya? Berapa lama pakaian itu akan bertahan di lemari kita sebelum akhirnya dibuang? Sebab, setiap proses produksi, distribusi, dan konsumsi pakaian menghasilkan emisi karbon yang berdampak negatif terhadap lingkungan.

Salah satu poin penting yang disampaikan Mba Denica adalah bahwa secara alami, manusia cenderung ingin menyelesaikan masalah yang dihadapinya, termasuk masalah lingkungan dan perubahan iklim. Kita semua memiliki peran untuk memainkan bagian kita dalam menjaga kelestarian Bumi, meskipun peran itu terkadang terlihat kecil dan tidak signifikan. Mungkin ada orang yang bertanya, "Kenapa kita harus peduli pada isu ini? Bukankah kontribusi kita sangat kecil dibandingkan dengan negara-negara maju yang mungkin tidak terlalu peduli?" Namun, seperti yang Mba Denica katakan, sekecil apa pun tindakan kita, pasti memiliki dampak.

Bagi saya, tema sustainability ini bukan hanya sekadar tren, melainkan panggilan untuk melakukan perubahan nyata. Kita perlu terus berupaya untuk menjadi lebih sadar terhadap dampak dari setiap langkah yang kita ambil, baik itu dalam membeli barang, mengonsumsi sumber daya, atau dalam setiap keputusan kecil yang kita buat dalam keseharian kita. Hansei Time kali ini mengingatkan saya bahwa, pada akhirnya, semua tindakan kita, sekecil apa pun, berkontribusi pada masa depan Bumi yang kita tinggali.

Untuk saya sendiri, semoga saya pun bisa berkontribusi di bidang saya pada sustainability ini. Semoga ya, saya dapat turut berperan dalam upaya menjaga keberlanjutan dan kelestarian Bumi ini melalui ilmu dan keahlian yang saya miliki.

Have a good day!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The five years journey