Teruntuk engkau (siapa)
Teruntuk, imam yang nanti akan
dipertemukan dengan saya. Saya bukanlah Khadijah binti Khuwailid yang
sangat berwibawa, saya bukanlah Maryam binti Imran yang sangat mulia, saya tak
sehebat Ibunda Imam Syafi’i, saya tak setangguh Musa yang dengan gagah berani
menentang kaum tirani yang melawan Agama Allah, saya tak seperti Ismail yang
kecintaan-Nya kepada Allah membuatnya mengorbankan apapun, dan saya tak sekeren
tokoh-tokoh hebat peradaban Islam. Tapi, bolehkan saya mendoakanmu supaya kamu bisa memiliki sifat seperti Umar? Seperti Ali? Seperti Ibrahim? Bolehkah saya melambungkan doa saya
untuk mu setinggi-tingginya?
Saya tahu, dunia ini fana. Dunia
ini begitu menyibukkan. Dunia ini seperti black
hole di luar angkasa, banyak hal yang terjebak pada gravitasinya. Maka cukuplah
iman, takwa, dan kecintaan kita terhadap Allah yang mampu menyelamatkan dari
itu semua.
Saya bukanlah wanita cantik
yang mampu berlenggak-lenggok dengan percaya diri di depan banyak orang, saya
bukanlah wanita yang pandai bersolek, saya bukanlah wanita yang mampu
menghidangkan makanan dengan rasa yang sempurna, saya bukanlah wanita yang
memiliki IQ tinggi, saya bukanlah wanita yang dengan hanya diam dapat
memotivasi dan mengisnpirasi. Tapi, bolehkah saya melambungkan doa saya
setinggi-tingginya untukmu? Bolehkah saya mendoakanmu menjadi pribadi yang
setangguh Shalahuddin Al Ayyubi?
Saya belum terlalu lama
menyelami dunia ini. Pengetahuan saya tentang dunia ini masih sebesar biji
kurma. Saya bukannlah ahli agama. Saya belum tahu banyak tentang keabadian
akhirat. Saya belum terlalu paham untuk menjadi wanita yang engkau idamkan. Tapi,
bolehkah saya melambungkan doa saya setinggi-tingginya untukmu supaya dapat meneladani
Muhammad bin Abdullah, yang demi Allah, beliau adalah sebaik-baik manusia.
Saya tidak pernah tahu siapa
engkau. Saya tidak pernah tahu bagaimana sifat yang engkau miliki. Saya tidak
tahu bagaimana kehidupan yang engkau miliki. Saya tidak tahu bagaimana engkau
mampu bertahan sejauh ini. Tapi bolehkah saya melambungkan doa saya
setinggi-tingginya supaya Allah memberikanmu hati yang besar dalam situasi
apapun, supaya Allah memberikan jiwa yang senantiasa bersyukur dan berusaha
bersabar dalam menyelami kehidupan.
Saya harap, saat kita kelak
dipertemukan, engkau adalah manusia yang mampu menerima saya apa adanya. Saya bukan
manusia yang sempurna. Saya obsesif, childish,
egois, dan berbagai sifat buruk yang mungkin nanti masih saya miliki.
Saya harap kelak engkau
mampu menuntun saya melewati batas dunia dan bersama-sama menuju keabadian surga.
Saya titipkan engkau kepada
yang punya hidup dan mati seluruh semesta ini. Saya titipkan engkau kepada
Allah. Biarlah Allah menjaga, mencintai, dan mengasihimu, hingga saatnya tiba
nanti, izinkan saya ikut menjaga, mencintai, dan mengasihimu.
Semoga kelak engkau sempat membaca tulisan ini, temanku, teman yang nantinya akan menjadi partner dalam situasi apa pun. Jika kamu rasa beban yang kamu tanggung begitu berat, maka bersandarlah di bahu saya, menangislah, insyaallah akan saya temani, dan mari kita bersama-sama menghadapi semuanya. Kita hanya perlu sama-sama tahu bahwa kita akan berjalan beriringan, saya akan menemanimu, menyayangimu, membanggakanmu, apa pun yang terjadi.
Bagus sekali tulisannya buk :3
BalasHapusMakasih ibuuuuuk :*
BalasHapusHmmm.. calon imam :))
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusleh ugaaa :"
BalasHapusAstaga dragon
BalasHapusmba dijah baca :( aku malu wkwkwk