Kation
Sudah bisa dipastikan, pada masing-masing tahapan hidup, kita dianugerahi satu dua atau beberapa manusia baik yang cenderung pasrah (?) mau dekat dengan kita. Nah, saya juga punya beberapa, tapi kali ini saya akan bercerita soal dua manusia baik dulu, Kak Ria dan Kak Sarah (maaf banget sok muda tapi di dalam sirkel ini memang saya paling muda. OK. Ya walaupun di kehidupan sehari-hari "Kak" hanya saya gunakan untuk Kak Sarah HAHAHA). Saya juga bisa pastikan ketika membaca tulisan ini, mereka berdua akan mual, muntah, pusing, dan gejala anti alay lainnya. Baiklah, saya tahu ini sedikit alay, tapi tolong kalau kalian yang membaca ini setidaknya jangan pingsan dulu.
Mungkin, sudah banyak teman-teman mereka lainnya yang menceritakan kisah inspiresyen dari mereka berdua, maka saya merasa perlu juga menceritakan kisah saya yang cenderung tidak inspiresyen-inspiresyen banget ini yang tapi insyaallah saya buat sejujur mungkin dan penuh kasih sayang (hueks).
Setiap kali saya sedih atau mengalami kesulitan, mereka akan menggenggam tangan saya erat-erat untuk sekadar menenangkan atau bahkan membantu membuat keadaan menjadi lebih baik. Sudah tidak terhitung berapa kali saya merepotkan mereka. Dari stress pekerjaan, keluarga, atau bahkan putus cinta, saya selalu merepotkan mereka. Oh betapa merepotkannya saya ini. Oke sudah ada tiga kata merepotkan di sini. Anehnya, kenapa mereka masih dengan tabah menerima saya ya? Mereka mau menanggapi saya. Mereka mau membantu saya. Huft aneh. Well, pada paragraf ini, saya ingin menekankan bahwa saya sungguh mencintai mereka berdua (tolong ini bukan hubungan romantis ya, karena saya masih normal dan menyukai laki-laki, apalagi Haruto. Oke). Lagi-lagi, kasih sayang pelan-pelan membuat saya belajar, yang pada akhirnya mengantarkan saya pada kesadaran klasik, bahwa dunia tidak selalu bekerja sesuai nalar dan cara pandang kita. Ada begitu banyak hal yang kebal nalar, seperti kasih sayang kepada mereka ini.
Well, setelah naik turun drama hidup di pabrik selama hampir 3.5 tahun, saya dipindahkan ke head office (kantor pusat). Di sinilah saya bertemu lagi dengan dua manusia lucu (beneran lucu) dan baik hati: Ria dan Sarah. Saya rasa ini bukan suatu kebetulan, tapi memang sudah menjadi anugerah (walah). Sebagai informasi tambahan juga, sebetulnya kami sudah mengenal baik satu sama lain, tapi ya karena memang berjauhan jaraknya sehingga tidak begitu intens (apalagi awalnya kenal untuk urusan kantor saja). Jadi ya baru intens dan menjadi semakin dekat setelah kepindahan saya ke head office.
Sungguh tak ada alasan masuk akal yang bisa saya tuliskan kecuali saya
menyayangi mereka berdua dengan sepenuh hati seperti rasa sayang saya kepada saudara saya sendiri, huhuhu Alhamdulillah love sekulkas mereka.
Oke anyway, saya tidak tahu bagaimana mereka mengenal saya, tapi saya rasa saya cukup bisa mengenal mereka dan bisa menceritakan mereka. Jadi izinkan saya untuk sedikit menceritakan mereka pada postingan ini. Ria dan Kak Sarah sebetulnya adalah dua orang yang saling bertolak belakang, Ria adalah orang yang logis mentok, sedangkan Kak Sarah adalah orang dengan feeling (perasaan) mentok. Tapi anehnya perbedaan ini justru menjadi rahmat, menjadi anugerah untuk kami, atau setidaknya untuk saya (cieileh). Seperti perbedaan suhu pada Cosmic Microwave Background (CMB), yang membuat visualnya warna-warni dan menjadi alasan gravitasi bekerja. Materi padat menarik materi lainnya lalu membentuk struktur kompleks seperti galaksi, planet, bintang, dst. Kalau suhunya seragam, tidak akan ada galaksi, planet, bintang, dan kita semua hari ini. Nah, kurang lebih mereka juga begitu.
Ria, adalah orang yang santai tapi selalu gigih, memiliki prinsip bahwa hidup adalah merayakan detik demi detik, bukan untuk menjawab pertanyaan orang-orang yang benar-benar peduli atau tidak, melainkan untuk menjawab pertanyaan diri sendiri. Ria seperti magnet, semua orang senang berteman dengan Ria, pun saya. Ria hampir tidak pernah mempermasalahkan apa pun dalam hidup, apalagi hidup orang lain. Ria ramah kepada semua orang dan juga baik hati. Ria satu dari sejuta. Ria begitu dewasa dan keibuan, dan kabar bahagianya saat ini Ria adalah Ibu. Ibu tangguh untuk anaknya dan istri hebat untuk suaminya.
Oke anyway, saya tidak tahu bagaimana mereka mengenal saya, tapi saya rasa saya cukup bisa mengenal mereka dan bisa menceritakan mereka. Jadi izinkan saya untuk sedikit menceritakan mereka pada postingan ini. Ria dan Kak Sarah sebetulnya adalah dua orang yang saling bertolak belakang, Ria adalah orang yang logis mentok, sedangkan Kak Sarah adalah orang dengan feeling (perasaan) mentok. Tapi anehnya perbedaan ini justru menjadi rahmat, menjadi anugerah untuk kami, atau setidaknya untuk saya (cieileh). Seperti perbedaan suhu pada Cosmic Microwave Background (CMB), yang membuat visualnya warna-warni dan menjadi alasan gravitasi bekerja. Materi padat menarik materi lainnya lalu membentuk struktur kompleks seperti galaksi, planet, bintang, dst. Kalau suhunya seragam, tidak akan ada galaksi, planet, bintang, dan kita semua hari ini. Nah, kurang lebih mereka juga begitu.
Ria, adalah orang yang santai tapi selalu gigih, memiliki prinsip bahwa hidup adalah merayakan detik demi detik, bukan untuk menjawab pertanyaan orang-orang yang benar-benar peduli atau tidak, melainkan untuk menjawab pertanyaan diri sendiri. Ria seperti magnet, semua orang senang berteman dengan Ria, pun saya. Ria hampir tidak pernah mempermasalahkan apa pun dalam hidup, apalagi hidup orang lain. Ria ramah kepada semua orang dan juga baik hati. Ria satu dari sejuta. Ria begitu dewasa dan keibuan, dan kabar bahagianya saat ini Ria adalah Ibu. Ibu tangguh untuk anaknya dan istri hebat untuk suaminya.
Lalu, Kak Sarah adalah orang yang super mementingkan orang lain, yang seringkali membuat saya frustasi. Kak Sarah seringkali terlihat kewalahan dengan seribu beban yang sebetulnya mungkin bukan bebannya. Tapi, saya kagum bagaimana Kak Sarah bisa mementingkan orang lain daripada dirinya sendiri ini. Hal-hal remeh temeh yang bagi orang lain sangat tidak menarik, bagi Kak Sarah bisa diambil pelajaran dan hikmahnya. Saya hampir tidak pernah mendengar Kak Sarah meracau-racau. Kak Sarah sangat tabah. Kak Sarah banyak tertawa, dan saya bisa konfirmasi seluruh orang di kantor tahu bagaimana bunyi tawa Kak Sarah. Betapa populernya.
Saya senang mengobrol bersama mereka. Positif, seru, dan berbobot, tapi tunggu untuk poin ketiga ini mungkin berbobot menurut kami, tapi tidak untuk orang lain. Karena seringkali kami juga bingung dengan keanehan obrolan kami, jadi ya bisa kalian tebak sendirilah berbobot ini bobotnya berapa. Oke lanjut. Saya senang bepergian bersama mereka, makan bersama mereka, menyanyi seperti superstar, menari seperti balerina, menjadi tukang sulap, menjadi ahli tebak-tebakan, bercanda, membahas manuver politik, ekonomi (?). Saya senang bercerita kepada mereka meski kadang respon mereka tidak nyambung. Ya barangkali memang begitulah kalau sudah sayang (ceileh), apa pun keadaannya akan tetap menyenangkan. Sungguh, bersama mereka rasanya begitu cukup. Tak kemana-mana pun tak mengapa.
Saya senang mengobrol bersama mereka. Positif, seru, dan berbobot, tapi tunggu untuk poin ketiga ini mungkin berbobot menurut kami, tapi tidak untuk orang lain. Karena seringkali kami juga bingung dengan keanehan obrolan kami, jadi ya bisa kalian tebak sendirilah berbobot ini bobotnya berapa. Oke lanjut. Saya senang bepergian bersama mereka, makan bersama mereka, menyanyi seperti superstar, menari seperti balerina, menjadi tukang sulap, menjadi ahli tebak-tebakan, bercanda, membahas manuver politik, ekonomi (?). Saya senang bercerita kepada mereka meski kadang respon mereka tidak nyambung. Ya barangkali memang begitulah kalau sudah sayang (ceileh), apa pun keadaannya akan tetap menyenangkan. Sungguh, bersama mereka rasanya begitu cukup. Tak kemana-mana pun tak mengapa.
Setiap kali saya sedih atau mengalami kesulitan, mereka akan menggenggam tangan saya erat-erat untuk sekadar menenangkan atau bahkan membantu membuat keadaan menjadi lebih baik. Sudah tidak terhitung berapa kali saya merepotkan mereka. Dari stress pekerjaan, keluarga, atau bahkan putus cinta, saya selalu merepotkan mereka. Oh betapa merepotkannya saya ini. Oke sudah ada tiga kata merepotkan di sini. Anehnya, kenapa mereka masih dengan tabah menerima saya ya? Mereka mau menanggapi saya. Mereka mau membantu saya. Huft aneh. Well, pada paragraf ini, saya ingin menekankan bahwa saya sungguh mencintai mereka berdua (tolong ini bukan hubungan romantis ya, karena saya masih normal dan menyukai laki-laki, apalagi Haruto. Oke). Lagi-lagi, kasih sayang pelan-pelan membuat saya belajar, yang pada akhirnya mengantarkan saya pada kesadaran klasik, bahwa dunia tidak selalu bekerja sesuai nalar dan cara pandang kita. Ada begitu banyak hal yang kebal nalar, seperti kasih sayang kepada mereka ini.
Sampai detik ini, kalau saya diminta merangkum kebaikan-kebaikan mereka rasanya saya tidak sanggup, terlalu banyak. Saya juga bisa pastikan kalau saya jabarkan di sini, niscaya kalian akan jatuh cinta. Kalian tak akan bisa menghindar dari pesona mereka (ceileh). Sulit sekali mencari kata yang bisa menggambarkan mereka berdua dengan baik, mereka begitu ramah, hangat, baik, keibuan, dewasa, tangguh, dan aneh. Untuk kata yang terakhir adalah bonus, karenanya kami disatukan (iykyk). Dan Hilmi, kalau sampai Ria kamu sakiti, maka kita baku hantam ya. Hahaha.
Saya berdoa semoga Ria dan Kak Sarah selalu diberkahi kesehatan, kebahagiaan, dan cinta dalam hidup mereka. Semoga perjalanan kita bertiga terus dipenuhi tawa, pelukan hangat, dan kasih sayang yang tak pernah pudar. Terima kasih telah menjadi rumah yang penuh cinta bagi hati saya, ya!
Oh Allah, tolong jaga kami bertiga…
Semoga kami bisa terus berjalan bersama, saling menyayangi, saling menguatkan, dan saling menjadi rumah satu sama lain. Terima kasih telah menghadirkan mereka dalam hidupku, dua sahabat yang kini menjadi bagian dari hatiku selamanya.
Saya berdoa semoga Ria dan Kak Sarah selalu diberkahi kesehatan, kebahagiaan, dan cinta dalam hidup mereka. Semoga perjalanan kita bertiga terus dipenuhi tawa, pelukan hangat, dan kasih sayang yang tak pernah pudar. Terima kasih telah menjadi rumah yang penuh cinta bagi hati saya, ya!
Oh Allah, tolong jaga kami bertiga…
Semoga kami bisa terus berjalan bersama, saling menyayangi, saling menguatkan, dan saling menjadi rumah satu sama lain. Terima kasih telah menghadirkan mereka dalam hidupku, dua sahabat yang kini menjadi bagian dari hatiku selamanya.
Komentar
Posting Komentar