Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2024

Kak Sasti dalam Bioteknologi dan Metabolomik

 Seperti biasa, saya ingin berbagi setelah melihat video, kali ini dari Kak Sasti Associate Professor di Osaka University. Baiklah, kita mulai saja ya. Pendidikan adalah kunci untuk membuka pintu-pintu kesempatan dan mengurangi keterbatasan. Bagi Kak Sasti, seorang ilmuwan bioteknologi dan metabolomik, pendidikan tinggi tidak hanya menjadi jalan untuk mendalami ilmu, tetapi juga menjadi cara untuk memperjuangkan hal-hal yang lebih besar—baik untuk dirinya sendiri maupun bagi Indonesia. Perjalanan Kak Sasti mencerminkan keteguhan, kerja keras, dan visi besar untuk membawa manfaat yang nyata bagi masyarakat. Saat banyak orang berusaha menjadi generalis, Kak Sasti memutuskan untuk mendalami satu bidang secara mendalam: metabolomik. Keputusannya melanjutkan studi hingga tingkat doktoral di Jepang adalah untuk menjadi seorang spesialis, bukan sekadar menambah titel, tetapi untuk mengasah keahlian dengan ketajaman luar biasa. Namun, perjalanan di dunia akademik bukan tanpa tantangan. Sel...

Riset dan Kolaborasi Global

Belakangan ini, saya terinspirasi oleh Kak Bagus Muljadi, seorang Associate Professor di University of Nottingham. Beliau adalah contoh nyata bagaimana riset dapat menjadi kontribusi nyata, tidak hanya untuk dunia akademik, tetapi juga untuk masyarakat dan bangsa. Gagasan beliau untuk menjadikan Indonesia kiblat riset global memberikan visi besar yang sangat relevan dengan tantangan dan peluang yang kita hadapi saat ini. Saya merasa sangat resonate dengan beliau karena pertama, minat kami sama, yaitu dalam dunia akademik, kemudian kami memiliki visi yang sama dalam bidang riset, dan yang beliau pelan-pelan lakukan tersebut juga yang ada di benak saya ketika seseorang menanyakan bagaimana saya akan berkontribusi untuk Indonesia (well, semoga Kak Bagus berkenan ya saya samakan dengan saya). Nah, yang membedakan adalah, perjalanan saya dan beliau berada di tahap yang berbeda. Jika Kak Bagus sudah di tahap implementasi, saya masih di tahap awal—belajar, menyerap, dan membangun pema...

Membumikan Riset

Pernahkah kalian berpikir kenapa sains dan riset tidak terlalu populer di Indonesia? Mungkin kita merasa riset itu hanya untuk kalangan akademisi, atau bahkan terasa jauh dari kehidupan sehari-hari. Nah mungkin itu karena sebagian besar riset yang dilakukan di Indonesia tampaknya kurang relevan dengan masalah yang dihadapi masyarakat. Sehingga membuat minat terhadap riset rendah. Lantas, apa yang menyebabkan hal ini terjadi? Salah satu alasan utama adalah kesenjangan antara akademisi dan masyarakat. Bahasa yang digunakan dalam riset sering kali terlalu teknis dan sulit dipahami oleh orang non-akademis. Tanpa adanya translasi yang jelas, masyarakat tidak tahu mengapa penelitian itu penting atau apa manfaatnya bagi kehidupan mereka. Ini menciptakan gap antara riset yang dilakukan di laboratorium dan kebutuhan nyata di lapangan (yang dihadapi oleh masyarakat). Selain itu, budaya berpikir saintifik di Indonesia masih terbilang lemah. Masyarakat sering kali mencari jawaban yang pasti—100% ...