Hari ini saya kembali diingatkan akan satu hal yang tak pernah salah: bahwa Allah lah yang Maha Adil.

Namun di saat yang sama, saya juga diingatkan satu hal lain, manusia mutlak bukan makhluk yang sempurna. Bahkan saat disodori fakta seluas langit dan bumi, manusia tetap bisa membelot. Menutup mata. Memilih untuk tidak mempercayai kebenaran. Bukan karena kebenaran itu kurang jelas, tapi karena hatinya yang sudah tertutup.

Lalu bagaimana dengan mereka yang diperlakukan dengan tidak adil?
Bagaimana bisa manusia, yang katanya makhluk berakal, menyakiti sesamanya tanpa rasa bersalah?

Yang lebih menyakitkan adalah ketika yang melakukan itu adalah orang yang memiliki kekuasaan. Seorang pemimpin. Bukankah pertanggungjawaban seorang pemimpin itu lebih besar? 
Bukankah seharusnya ia takut pada pengadilan yang sesungguhnya, yakni di akhirat kelak?

Tapi tidak. Kadang mereka tak takut.
Seolah dunia ini milik mereka selamanya.
Seolah mereka bisa lolos dari semua.

Di saat seperti ini, saya hanya bisa kembali kepada-Nya.
Memohon keadilan dari Pemilik Keadilan itu sendiri

Dan yang selalu saya percayai adalah bahwa, ketika manusia memutuskan untuk menjadi serakah, di saat yang sama ia telah kehilangan segalanya, bahkan kehilangan kepantasannya untuk disebut manusia.

Hasbunallah wa ni'mal wakil.
Cukuplah Allah menjadi penolong kami, dan Dia adalah sebaik-baik pelindung.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membumikan Riset

Dream Job

Badai