Generasi Menunduk


Dewasa ini, teknologi informasi berkembang sangat pesat. Bahkan saat ini, setengah populasi di dunia sudah menggunakan internet. Meningkatnya pengguna internet Sejalan dengan meningkatnya pengguna gadget. Saat ini berbagai macam merk gadget yang dilengkapi dengan spesifikasi yang beraneka ragam telah bermunculan di dunia. Dari harga dibawah satu juta rupiah hingga belasan juta rupiah. Harga gadget tersebut disesuaikan dengan spesifikasi yang dimiliki gadget tersebut. Saat ini, masyarakat tidak mempermasalahkan harga suatu gadget, asalkan spesifikasi gadget tersebut sesuai dengan yang diinginkan. Gadget telah mengubah gaya hidup masyarakat Indonesia, bahkan dunia. Saat ini gadget merupakan barang primer dan harus dimiliki.
So, guys, pasti kalian adalah salah satu dari miliaran orang di dunia ini yang merupkan pengguna gadget. Ya kan? Bohong kalau tidak. Tapi kalau memang tidak, saya kagum dengan kalian, dan mungkin kalian bisa menghubungi saya. Saya akan memberikan sesuatu sebagai penghargaan, karena di zaman serba gadget ini masih ada yang tidak menggunakan gadget. Saya bangga.
Sejujurnya, saya adalah pengguna gadget, walaupun jadul, tapi saya pikir ponsel saya masih termasuk gadget. Saya tidak bisa menyangkal bahwa gadget memang nagih. Nagih banget. Tapi, tahukah kalian? Disaat kalian asyik dengan gadget kalian banyak orang yang ada di sekitar kalian yang kalian abaikan. Saya memiliki beberapa pengalaman mengenai hal ini. Saya sering merasa dinomorsekiankan oleh orang-orang yang saya kenal, bahkan teman saya, bahkan lagi teman dekat saya.
Saat berkumpul dengan orang-orang saya kenal, dan ada diantara mereka yang saya panggil teman, entah itu makan, menunggu seseorang, meunggu jam istirahat, menunggu adzan, atau yang lainnya, mereka lebih asyik berinteraksi dengan gadget mereka. Mereka menciptakan dunia mereka sendiri tanpa mengajak saya. Bukan artinya saya ingin diperhatikan atau mereka harus mengobrol dengan saya. Tapi mbok ya mereka peka, ada orang di depan mereka nih loh. Kenapa mereka lebih mementingkan gadget mereka yang notabene bisa mereka ajak ‘main’ saat tidak ada teman-teman mereka.

Saya merasa prihatin dan kasihan dengan orang-orang seperti itu. Mereka tidak sadar bahwa orang-orang di sekitar mereka merasa dijauhi oleh mereka yang mementingkan gadget.  Mereka pasti merasa biasa saja dengan perilaku mereka tersebut, padahal orang-orang di sekitar mereka sangat menyadari perubahan pada mereka maniak gadget. Alibi mereka pasti seperti ini,
          “Ini gue lagi bales chat yang penting…”
          “Gue bingung mau ngobrol apaan..”
          “Alah, lo nggak usah ngatur-ngatur sih, orang lo juga main gadget”
          “Lagian dia juga main gadget kan?”
Please. Kalau kalian berprinsip seperti itu, maka akan menjadi lingkaran setan. Kenapa begitu? Karena semua orang nantinya akan menggunakan alibi seperti itu. Masih belum terbuka pintu hatinya? Saya pengguna instagram, path, ask.fm, smule, youtube, line, whatsapp, dan media sosial lainnya. Dan saya sejauh ini masih berusaha membatasi diri saya untuk menggunakan gadget. Paling tidak saat saya kumpul dengan keluarga atau teman-teman atau orang-orang yang di sekitar saya, saya menjauhkan gadget saya. Harapan saya sih, teman-teman saya juga melakukan ini. Tapi hasilnya? Sangat jauh dari ekspektasi saya. Yes! Saya dicuekin. Bahkan saya beberapa kali sedikit menyinggung orang-orang di sekitar saya dengan kalimat halus atau dengan bahasa tersirat secara langsung atau menggunakan sesuatu yang saya pikir bisa memberikn kode, tapi failed. Gagal total. Kepekaan memang susah dicari di zaman seperti ini.
Beberapa bulan belakangan saya melakukan riset kecil-kecilan soal pengaruh spesifikasi gadget terhadap perilaku sosial masyarakat. Riset tersebut saya lakukan terhadap orang-orang yang saya kenal. Riset kecil-kecilan yang saya lakukan beberapa kali menunjukkan bahwa semakin canggih gadget yang dimiliki oleh orang, maka semakin banyak interaksi orang tersebut dengan gadget mereka. Bahkan, orang yang dulunya malas berinteraksi dengan gadget secara berlebihan, setelah mereka mengganti gadget mereka dengan yang lebih canggih, perilaku mereka berubah. Menyedihkan ya. Dan, alibi mereka masih sama kok. Sama seperti yang saya tulis di atas.
Guys, kalian tahu berapa banyak waktu yang kalian habiskan untuk gadget? Banyak. Everytime. Ya kan? Kalian mungkin berpikir bahwa saat kalian mengabaikan orang-orang di sekitar kalian karena besoknya-atau-lusa-atau-besoknya-lagi kalian masih bisa bertemu dengan orang-orang yang sering kalian abaikan itu. Tapi, masalah umur siapa yang tahu sih? Ya kalau kalian masih berkumpul dengan mereka, kalau saat kalian abaikan mereka itu adalah pertemuan terakhir kalian dengan mereka bagaimana? So, please jangan wasting time dengan gadget. Cobalah membuka mata kalian, banyak orang di sekitar kalian yang perlu kalian perhatikan dan kalian dengarkan keluh kesahnya. Jangan jadi budak teknologi. Saya disini juga masih dalam proses belajar membuka mata dan peka terhadap lingkungan sekitar saya. Saya mengajak kalian untuk bersama saya mencoba meghidupkan kembali tawa-riang-canda yang sering muncul dari obrolan-obrolan sederhana. Dan kalian harus tahu, bahwa orang-orang sebelum kita, mereka bahagia-bahagia saja hidup tanpa gadget, mereka tetap sehat, mereka tetap beraktivitas. Saya disini bukan mengajak kalian untuk stop menggunakan gadget, saya hanya megajak kalian menguranginya dan mencoba peka dengan orang-orang di sekitar kalian. Jangan jadi generasi menunduk. Selagi kalian asyik dengan gadget kalian, bisa saja dengan waktu yang sama kalian bisa bertukar ide dengan teman kalian yang mungkin ide tersebut akan membawa perubahan kepada bangsa ini atau kalian bisa bercerita tentang pengalaman yang kalian alami kepada ayah-ibu kalian, ayah-ibu kalian pasti sangat senang. See? Dua contoh di atas adalan sepersekian contoh hal baik yang bisa kalian lakukan selain bermain gadget. Jangan jadikan gadget sebagai gaya hidup kalian dimana kalian sangat ketergantungan dengan gadget. Jangan sampai kita diperbudak teknologi.
So, yuk peka! Jangan jadi generasi menunduk. Masa depan ada di depan. Kalau kalian menunduk, bisa-bisa nabrak. Hehe.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rindu: Wijaya

Dream Job

Momiji Kairou: Mapple Corridor