Belajar dari Matahari
Belajar dari matahari. Matahari membakar dirinya sendiri untuk menerangi semesta, untuk memberikan kehidupan kepada makhluk-makhluk semesta.
Sadar ga sih? Dewasa ini sikap belas kasihan sudah semakin terkikis. Saya sadar dunia semakin sibuk. Nurani semakin tidak dihiraukan.
Saya mau cerita sedikit soal belas kasihan. Jadi saya sekarang sedang kuliah di perguruan tinggi di Jogja. Nah saya biasanya pulang-balik Jogja naik kereta api. Sebut saja prameks. Emang namanya prameks sih. Mungkin prameks ga separah KRL di Jakarta, tapi di prameks analisis sosial tetap bisa dilakukan dengan mudah. Mungkin kasus yang saya bahas ini mainstream, tapi saya tetep pengen bahas *maksa*.
Bagi kalian yang pernah naik prameks pasti sering menemukan orang hamil/orang tua/difabel yang tetap harus berdiri selama satu jam dari Solo-Jogja. Disini yang mau saya singgung adalah masalah rasa belas kasihan para manusia-manusia sehat yang kuat berdiri selama satu jam dan dapet tempat duduk tapi ga mau ngalah sama orang hamil/orang tua/difabel. Ada yang pake headset-lah, ada yang tidur (saya tidak tau beneran tidur atau tidak), ada yang main gadget, dll. Coba dipikir, kalau seandainya orang tua kalian yang berada di posisi ga dapet tempat duduk padahal udah renta, kalian tega?
Saya percaya nurani masih ada, hadiah pahala untuk kebaikan juga masih berlaku.
Senin beberapa hari yang lalu, saya naik prameks. Kebetulan saya tidak mendapatkan tempat duduk. Yaudahlah, udah sering juga, pikir saya saat itu. Akhirnya saya berdiri dengan 3 orang yang saya anggap sudah manula, 2 orang kakek dan 1 orang nenek. Awalnya mereka menerima saja untuk berdiri, namun kemudian si nenek terlihat kelelahan. Disana saya lihat sekitar, tidak ada yang menawari tempat duduk. Padahal kalo saya perhatikan, penumpang-penumpang yang mendapatkan tempat duduk itu adalah penumpang yang notabene masih sehat dan kuat berdiri selama satu jam. Saya tunggu beberapa menit, belum ada yang respek. Hingga kemudian saya melirik seorang perempuan yang saya perkirakan berumur 19- 20 tahunan. Saya liatin terus tuh mbak-mbak. Nah, mungkin karena risih saya liatin terus, akhirnya mbak-mbaknya mau mengalah memberikan tempat duduk kepada si nenek. Jadi kan di prameks itu ada yang kursinya memanjang, ada juga yang dua-dua saling berhadapan. Kebetulan yang saya naiki itu yang kursinya dua-dua berhadapan. Otomatis kalau mbak-mbak yang tadi mengalah, masih ada seat di sampingnya kan? Tapi mbak-mbaknya tak lantas mengalah kepada manula yang lain. Saya pakai lagi tuh jurus 'liatin dengan tatapan tanpa kedipan'(?) *apacoba*. Ya gitu. Kemudian saya liatin terus juga tuh mbak-mbak. Nah, mungkin karena mbaknya risih juga, akhirnya mbak-mbaknya mengalah. So, masih ada satu manula yang belum dapet tempat duduk. Saya segera melihat sekeliling. Kalau-kalau ada mbak-mbak atau mas-mas yang berpotensi berbaik hati. And, tada! I found it. Saya pakai lagi deh jurus yang tadi. Cukup lama saya pakai jurus itu. But, i got nothing. Tidak ada yang respek. Hmm. Akhirnya, karena saya kasihan melihat si kakek berdiri kelelahan, saya ajak kakek itu untuk duduk lesehan. Dan si kakek mau.
Yang mau saya tekankan disini, rasa belas kasihan kita sekarang sesedikit itu, harus dikode dulu baru peka. Kepekaan terhadap lingkungan mulai terkikis. Bahkan ada yang sudah dikode tapi tetap tidak peka. Oh Lord. Pray for humanity! Ya gimana ya, dimanapun saya rasa kepekaan terhadap lingkungan sekitar perlu diterapkan. Apalagi untuk orang-orang yang lemah (manula, ibu hamil, difabel, anak-anak).
Nih ya, bagi para pengguna transportasi umum kaya saya. Bukan siapa cepat dia dapat yang seharusnya diterapkan, tapi kita lihat juga apakah kita butuh banget tempat duduk itu? Kalau kita masih kuat berdiri dan ada yang lebih membutuhkan, sebaiknya kita mengalah. Apalagi prameks. Paling lama berdiri 1.5 jam. Kalau tidak ada kendala, biasanya satu jam sudah sampai di Jogja. Kalau kita mau mengalah, kita tidak hanya membahagiakan dan membantu orang lain, tapi kita juga menabung pahala. Dan yang perlu diingat juga, kalau kita berbuat kebaikan, energi positif dari kebaikan itu juga akan datang kepada kita. Ino serius. Saya pernah baca jurnal kedokteran soal ini. Jadi, yuk peka!
Komentar
Posting Komentar