Bersyukur
Hari ini saya mau pulang kampung. Kebetulan saya tadi sudah berangkat pagi-pagi dari kos. Berharapnya sih dapet tiket jam 07.15, tapi apa daya saya dapet tiket jam 09.05. Awalnya bete gitu, bahkan sampe mikir, pokoknya gamau deh tinggal di Indonesia lama-lama. Ya gitulah. Labil ditambah laper memang seperti ini. Nah, sambil nunggu kereta, saya memutuskan duduk di dekat tempat pembelian tiket. Kebetulan, saya tidak sedangembawa buku, jadi yaudah deh saya bengong berjam-jam.
Nah, barusan ada satu keluarga yang sepertinya mau ke solo juga. Mereka terdiri dari ayah, ibu, dan 5 orang anak laki-laki. Saya amati gerak-gerik mereka. Mereka bercanda, tertawa, anaknya yang kecil meluk-meluk sang ibu. Awalnya saya biasa aja, tapi ngeliatinnya sambil senyum-senyum ikut bahagia liat keluarga bahagia. Kemudian saya kaget, ternyata ayah dan ibu tersebut tuna netra. Dua-duanya. Mungkin kalian berpikir kok lebay sih gitu doang kaget? Mmm gimana ya, saya orangnya introvert dan susah berkomunikasi lewat lisan, saya lebih suka mengamati lingkungan lalu saya sok-sok menganalisis. Jadi saya menganggap kejadian-kejadian yang saya lihat adalah hal baru dan menarik.
Ada hal-hal yang membuat saya intropeksi diri dari keluarga itu. Anak-anaknya, mereka dengan sabar menuntun ayah ibunya untuk mencari tempat duduk, saya tadi sih mikirnya kedua orang tuanya bukan tuna netra dan anak-anaknya kaya cuma ngegandeng ayah ibunya. Ternyata salah. Hiks. Kemudian, kelima anaknya tersebut kompak membeli tiket dan meminta kedua orangtuanya untuk tetap menunggu di tempat duduk. Anak-anaknya tidak malu. Tidak seperti kebanyakan kids jaman now atau kalau kata temen saya si Ichsan generasi milenial. Anak-anaknya tetap bahagia, tetap gelendotan bermanja-manja ke ibu mereka. Tetap ketawa-tawa, bercanda, ngobrol asik.
Disini saya mikir, mungkin kedua orang tua tersebut mungkin tuna netra sejak belum menikah dan tidak pernah melihat wajah anak-anaknya. Huks. Saya sedih banget nulis ini. Tapi, saya berharapnya tidak seperti itu. Saya yang Alhamdulillah diberi kesehatan dan kondisi fisik yang sempurna kadang-kadang masih lupa bersyukur. Padahal saya punya mata untuk melihat indahnya dunia, saya punya kedua tangan, kaki, telinga, dan semua anugerah Allah ini. Betapa banyaknya karunia Allah yang lupa saya syukuri. Huks. Dari keluarga tadi saya belajar bersyukur, sesungguhnya manusia itu kaya. Anggota tubuh mereka lebih mahal dari harta seberapapun. Sudah selayaknya kita sebagai manusia selalu bersyukur. Apapun yang diperoleh seharusnya selalu disyukuri. Masih banyak saudara-saudara kita yang kurang beruntung.
Dan semoga, kelima anak laki-laki tadi tumbuh menjadi manusia yang sholeh, berbakti kepada orang tua, agama, masyarakat, dan negara. Semoga mereka selamat dari ujian 'puber' dan tetap istiqomah. Huks.
Masih mewek-mewek nih.
Komentar
Posting Komentar