Kenapa begitu?

Di suatu hari yang lampau, sudah saya lagi stres banget kerjaan, pas beli sayur ngeliat anak kecil diomelin sama ibunya perkara si anak tidak bisa menghafal perkalian sampai 100. Merasa iba dan geram tapi saya siapa? Jadi saya menahan diri untuk tetap tabah dan netral. Kemudian saya mengingat kembali persepsi tentang hakikat pendidikan. Kadang sesuatu itu seperti makanan timur tengah yang pekat namun hambar. 

Saya mungkin adalah salah satu dari spesies manusia yang bingung mengenai pandangan kebanyakan orang tentang pendidikan. Tapi saya di sini tidak ingin menyalahkan siapa-siapa, di sini saya memilih bingung dan bertanya pada diri sendiri. Kenapa ya sistem pendidikan membuat masyarakat (mungkin termasuk saya) mengukur kesuksesan pendidikan dengan sebuah strata akademik? Kenapa perusahaan-perusahaan hanya percaya melanjutkan regenerasi pada lulusan dengan IP nyaris sempurna? uhuk saya tertohok. Tapi saya tidak akan bercerita lebih lanjut, karena saya mending cerita ke diri sendiri. 

Kenapa anak yang sudah bisa membaca saat berumur di bawah 5 tahun, mengahafal nama manusia purba, menghafal nama menteri, menjuarai lomba sains dianggap akan sukses sementara anak seumuran yang masih suka main kelereng, bermain pasir, membuat kue dari tanah dianggap dianggap akan suram masa depannya? Sungguh saya bingung sekali. Kenapa orang tua yang anaknya mendapat nilai jelek di sains selalu berkecil hati dan merasa gagal? Kenapa arti pendidikan sangat sempit? Kenapa banyak sekali pihak yang menunggalkan arti kecerdasan? Kenapa kecerdasan sesederhana itu?

Saya sering mencoba untuk protes kepada diri saya sendiri, kenapa arti pendidikan sangatlah sempit? Kenapa banyak sekali pihak yang menunggalkan arti kecerdasan? Tolonglah. Dulu ketika saya masih kerja paruh waktu dengan mengajar, seringkali ketika mengajar, saya mendapati anak-anak yang tidak semangat, males-malesan, atau bahkan nangis. Biasanya kalau sudah seperti itu, saya diam, terus kalau emang mereka nangis, saya peluk anaknya. Nanti si anak akan cerita sendiri. Masalah umum yang menyebabkan anak-anak murung adalah ketika nilai mereka jelek, teman semejanya rangking 1 sedangkan dia ranking 14, gambarnya dianggap jelek karena sulit dipahami oleh bahasa manusia (?), tidak jago matematika, bahasa inggrisnya dianggap buruk, dll. Kemudian alih-alih si anak mendapat support dari orang tua dan orang-orang terdekatnya, si anak malah di babat habis dengan amarah, ceramah, dan sikap orang tua yang berlebihan.

Ketahuilah ketika anak-anak menangis sampai seperti itu, jiwa mereka terluka. Anak-anak mungkin akan segera lupa yang mereka alami, tapi traumanya tak jarang berbekas. Makanya saya selalu bilang ke para orang tua bahwa setiap anak itu spesial. Anak-anak terlahir dengan potensinya masing-masing, mereka mewarnai dunia ini dengan cara mereka sendiri, tak ada seorang pun yang berhak mengatakan mereka bodoh hanya karena mereka tidak belajar secepat teman-temannya, kecepatan mereka berbeda-beda. Momentum mereka terlalu sayang dan berharga untuk disamaratakan oleh sistem. Jangan sampai sistem membuat anak-anak kehilangan diri mereka sendiri. Makanya saya juga selalu bilang jika di science atau math mereka tidak sebaik teman-temannya, it's okay. Jadi, kenapa masih begitu? 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rindu: Wijaya

Dream Job

Momiji Kairou: Mapple Corridor