Serendipiti
Saya awali tulisan ini dengan Maha Besar Allah, Maha Agung. Lihainya waktu menipu, sampai-sampai saya tidak sadar saya sudah melalui banyak hal, ada sedih, senang, ada pertemuan, ada perpisahan. Dalam hidup, selalu ada yang datang dan pergi, silih berganti. Pada pertemuan, sudah mutlak ada perpisahan, tidak dapat diganggu gugat. Perpisahan adalah sebuah ironi yang indah, dengan perpisahan, akan ada pertemuan baru lagi dan itu artinya akan ada pelajaran baru lagi tapi di sisi lain perpisahan adalah hal menyedihkan yang tidak bisa kita hindari. Perpisahan sejatinya adalah hukum alam, di luar kuasa kita, kita hanya perlu berbesar hati dan menerima, kita hanya perlu untuk mejadi gigih dan tangguh. Ya kan? Jadi pasti semua bisa.
Baiklah, paragraf di atas hanyalah sebuah prolog yang memberikan gambaran tulisan apa yang akan kalian baca, tentu masih berhubungan dengan perpisahan. Klise ya? Tidak apa-apa. Rasanya sudah lama sekali saya tidak menulis dengan khusyuk, tepatnya sudah sebulan saya tidak menulis apa pun dengan khusyuk. Saya sok sibuk dan sok tidak punya waktu untuk menulis, padahal sayanya saja yang tidak meluangkan waktu. Menyedihkan. Cih. Loh kok malah membahas yang lain? Oke kita kembali ke tujuan awal dari tulisan ini: menceritakan perpisahan saya.
Per bulan depan, akan ada banyak perubahan yang terjadi. Perubahan pada saya, pada teman-teman saya, pada rekan-rekan saya, pada bumi, pada bulan, pada matahari, pada satelit, pada teleskop, dll. Ya walaupun itu sebenarnya tidak perlu menunggu bulan depan, karena perubahan terjadi di setiap detiknya, ya kan? Jadi begini, bulan depan, saya akan ganti tim dan ganti rutinitas pekerjaan, kemudian ada salah satu bestie saya yang juga melanjutkan ke tahapan hidup yang berbeda, yaitu Tono, kalau kalian belum tau dia siapa, kalian bisa membaca tulisan saya yang berjudul Tono ya. Tapi mari saya ceritakan satu-satu ya.
Saya resmi akan berganti tim mungkin pada akhir bulan depan. Tapi saya sudah galau dari sekarang. Bukan apa-apa dan bukan dibuat-buat, saya beneran sedih. Sedih karena selama 2 tahun 6 bulan terakhir saya merasa bahwa saya bukanlah superior dan partner yang baik untuk tim saya. Masih banyak sekali ketidaksempurnaan dari saya yang harus mereka terima. Masih banyak rencana yang belum kami realisasikan. Masih banyak project yang belum kami selesaikan. Masih banyak lawakan garing tim saya yang belum dibahas. Masih banyak sticker WhatsApp lucu yang belum dikeluarkan. Intinya masih banyak hal yang sebenarnya ingin kami raih bersama-sama. Tapi Allah yang paling tau, Allah yang paling mengerti. Tiba-tiba saya harus pergi meninggalkan tim saya untuk bergabung di tim lain, untuk mengarungi journey yang baru, yang insyaallah tidak kalah seru. Hanya saja karena perpisahan tidaklah mudah, apalagi untuk saya. Saya yang memang dari awal ditempatkan di tim improvement yang notabene tim baru, yang belum punya struktur-belum punya bisnis proses-belum punya dasboard-belum punya scope-belum punya semuanya, merasa memiliki ikatan batin dengan semua tim saya karena kami benar-benar membangun tim kami dari nol hingga sekarang yang sudah jauh lebih baik. Saya merasa saya jahat sekali ketika harus pergi meninggalkan mereka, padahal kami sepakat untuk bergerak bersama-sama. Saya merasa saya bukanlah ibu yang baik untuk tim saya karena ketidaksempurnaan saya, maafkan ketidaksempurnaan saya sebagai ibu, superior, partner, teman, dan semuanya ya teman-teman.
Minggu lalu, saat saya mau tidak mau harus menyampaikan berita ini kepada tim saya, saya menangis dari pagi. Saya bingung saya harus bagaimana, harus bilang apa, harus mulai dari mana. Meskipun saya tau tim saya akan berbesar hati, tapi tetap saja menyampaikan berita perpisahan tidaklah semudah bernafas (?) (Alhamdulillah ya, Allah ngasih kita bernafas semudah ini). Sampai akhirnya sore harinya saya menguatkan diri saya sendiri untuk menyampaikan berita ini kepada tim saya. Lalu alih-alih kekecewaan atau kemarahan tim saya, yang saya dapat adalah cinta yang melimpah-limpah dari mereka. Kasih sayang yang tulus yang terpancar dari mata mereka, kejujuran, kebesaran hati, keikhlasan, dan semuanya yang tiba-tiba menghangatkan hati saya, yang menyeruak memasuki kromosom saya. Melebur menjadi DNA dan menyatu dalam tubuh saya. Betapa terharunya saya mendengar banyak kalimat dari mereka, kalimat-kalimat ajaib yang seketika menyadarkan saya bahwa selama ini ada banyak yang menyayangi saya (termasuk mereka) dan ada banyak hal yang perlu dirayakan, disyukuri, dinikmati. Kalau kalian mau tau apa yang saya pikirkan saat itu, maka saat itu yang saya pikirkan adalah sepertinya mereka berlebihan dengan kalimat-kalimat mereka. Saya merasa tidak sebaik itu, tidak sepeduli itu. Tapi kenapa ketika saya merasa saya bukanlah rekan kerja yang baik, mereka justru memberikan dan menunjukkan cinta mereka yang melimpah-limpah? Aduh saya nangis lagi wkwkwk kemana perginya ketidaksempurnaan saya di mata mereka?
Pada saat itu, saya mengingat kembali suatu ayat. Pada ayat Al qur’an tentang rencana Allah menciptakan Adam yang kemudian diikuti dengan respon tak terprediksi dari Malaikat. Coba bayangkan, malaikat adalah makhluk yang selalu patuh, namun mendadak merasa perlu memberi interupsi kepada Tuhannya, mengapa Tuhan menjadikan manusia sebagai khalifah? padahal manusia senang membuat kerusakan dan pertumpahan darah. Tapi kemudian Allah menjawab, sesungguhnya Dia mengetahui apa yang malaikat tidak ketahui. Sama seperti kondisi saya saat ini, Allah lebih mengetahui apa yang malaikat dan saya tidak ketahui. Selama ini saya fokus dengan ketidaksempurnaan saya, tapi ternyata orang lain melihat saya dengan sisi yang berbeda. Sangat kontradiktif. Saya terlalu fokus pada baik dan jahat, tapi sebenarnya apa definisi baik dan jahat menurut saya, menurut kita? Kita bisa menjadi pahlawan untuk segelintir orang karena berhasil membangun bangunan-bangunan megah pencakar langit, tapi pada saat yang bersamaan kita harus tega menggusur segelintir orang karena mereka 'sedikit' mengganggu rencana pembangunan. Bukankah begitu? Selalu ada sisi yang kontradiktif. Jadi mungkin itu yang saya alami selama ini. Saya dan tim saya memiki pandangan yang berbeda, saya fokus pada ketidaksempurnaan saya, sedangkan mereka yang baik berusaha mencari kebaikan dalam diri saya. Lucky me to be part of them. Alhamdulillah.
Maka, di siang yang fitri ini, saya dengan segala ketulusan hati saya ingin mengucapkan terima kasih kepada tim saya (nama akan saya samarkan demi masa depan pihak yang bersangkutan (?)). Terima kasih kepada mas james, yang dari awal mau berjuang bersama dari nol sampai tak terhingga, yang benar-benar bersama dengan saya dari ketiadaan menjadi penuh dengan kebahagiaan. Terima kasih kepada mas ayus yang meskipun baru bergabung tapi beliau sangat gigih, sangat semangat, dan tangguh. Terima kasih mba ema, yang selalu sabar mendengarkan keluh kesah saya, yang menjadi pengingat saya bahwa apa-apa haruslah karena Allah. Terima kasih kepada ahas, yang selalu memberi banyak pelajaran baru kepada saya, yang melatih kesabaran saya wkwkwk (in a good way). Terima kasih mas rifa yang sudah menjadi partner explore banyak tools untuk pengolahan data, termasuk visualisasi data, sangat seru 2.5 tahun ini. Terima kasih mba anif yang selalu membantu kalau ada kebutuhan cito. Terima kasih mas agas yang selalu mau memberikan masukan dan saran untuk operasional yang berjalan. Terima kasih kepada mba mika, yang selalu kalem dan tidak panik dalam situasi apa pun. Terima kasih kepada semua tim dan seluruh stakeholder saya di posisi lama saya. Saya banyak belajar di sini, terima kasih sudah memberikan kepercayaan, kasih sayang, dan pelajaran. Satu hal yang perlu kalian tau, kalian keren sekali, bersinar seperti matahari. I love you guys to the moon and saturn.
Lalu ada apa dengan Tono? Tidak ada apa-apa. Alhamdulillah Tono sehat dan insyaallah bahagia. Hanya saja Tono memutuskan untuk melanjutkan tahapan hidupnya di jalan yang berbeda dari sekarang. Jadi doa saya tidak ada yang lain kecuali semoga Allah selalu memudahkan setiap langkahnya, Allah selalu bermurah hati kepadanya, semoga Tono selalu bisa melangkah di bumi ini dengan hati yang tunduk dan kepala yang tegak. Tapi mau lempar belakang dulu alias throwback, beberapa bulan sebelum sudah pasti Tono memutuskan pindah jalan, beliau sudah memberitahu saya. Tapi saya yang naif dan orang bilang terlalu optimis ini masih berpikir bahwa Tono hanya nge-prank saya mengingat dia suka nge-prank saya. Tapi ternyata tidak, ternyata memang keputusan Tono sudah bulat. Tapi apa boleh buat? Saya hanya bisa mendukung dan mendoakannya sembari saya pun juga perlu merawat mimpi-mimpi saya sendiri, berjalan, dan mendaki bukit mimpi-mimpi saya sendiri.
Kabar Tono pindah jalan seketika menyeruak ke seluruh penjuru office dan hampir semua melakukan klarifikasi kepada saya. Saya merasa semacam asisten atau manager Tono yang sedang diwawancarai oleh banyak media. Mendadak saya menjadi sorotan, mmm maksudnya Tono yang mejadi sorotan, kemudian saya juru bicaranya. Banyak yang bertanya ini itu, abcdez, lalala yeyeye, tapi saya masih berada di tempat yang sama, mengganggap Tono hanya nge-prank saya. Ironis. Wkwkwkwk. Tapi makin kesini makin yasudah, memang begini yang terbaik. Allah yang paling tau, Allah yang paling mengerti, Allah yang paling memahami apa pun yang ada di dalam dada manusia, termasuk Tono. Jadi doakan Tono supaya dimudahkan dalam segala langkah kebaikannya ya teman-teman.
Dan Tono, ketahuilah bahwa selama kamu menjadi teman, partner, motivator, pesulap, pelawak, pendengar, pemberi petuah (kadang bijak), pengoreksi (-dan sebagainya) saya, kamu berkilauan seperti bintang. Terima kasih banyak atas segala daya upaya dan segalanya selama kita bekerja di sini. Semuanya sangat seru dan menyenangkan. Tono, meskipun kadang saya menjadi teman berlari yang ngos-ngosan karena kamu cepat sekali seperti cahaya, tapi kamu perlu ingat bahwa kapan pun saat kamu butuh melambat, insyaallah ada saya. Jadi jangan khawatir, jika seluruh manusia di dunia pergi meninggalkanmu, insyaallah ada saya yang lagi ngos-ngosan di ujung sana. Semangat ya Tono.
Baiklah, untuk epilog dari tulisan panjang ini, saya ingin menyatakan bahwa saya insyaallah akan selalu percaya bahwa menjadi baik akan selalu baik. Saya juga percaya bahwa hal-hal baik tercipta untuk menjadi pemenang sejati dan menjadi jujur tidak akan pernah salah.
"Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya kalian bersalah sampai kesalahan memenuhi antara langit dan bumi, kemudian kalian mohon ampun kepada Allah pasti Allah akan mengampuni kamu sekalian."
Komentar
Posting Komentar