Aeterna
Menjelang akhir tahun, biasanya saya akan mengingat-ingat apa saja yang sudah terjadi: apa yang sudah saya lakukan, dan apa yang sudah berlalu. Alhamdulillah atas segala curahan rahmat dari Allah. Shalawat serta salam juga saya lantunkan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Di sela-sela saya melakukan throwback ini, saya teringat pada satu sudut hati yang paling tersembunyi, tempat di mana mimpi saya masih menetap. Masih ada hal yang hingga kini belum terwujud: melanjutkan studi saya, melanjutkan mimpi saya. Tahun lalu, dan tahun-tahun sebelumnya, saya selalu berkata, "Mungkin tahun depan ya. Bismillah. Bi idznillah."
Tapi sampai hari ini, belum ada satu pun beasiswa yang nyantol hehe. Yang saya syukuri, Allah masih memberi saya semangat, tidak menyerah, alhamdulillah tahun ini sempat lolos di rangkaian seleksi beasiswa, walaupun akhirnya tidak lolos, tapi paling tidak tahun ini ada momen lolos hehe.
Huft, ternyata tanpa sadar, saya menitikkan air mata. Saya kira saya sudah kebal, ternyata masih cengeng kalau membahas lanjut studi dan mimpi saya. Tapi tidak apa-apa. Bukankah air mata adalah salah satu bentuk kasih sayang Allah? Dan bicara soal waktu, bukankah Allah Maha Presisi perhitungan-Nya?
Tidak apa-apa hari ini saya belum mendapat beasiswa S2-nya. Itu sama sekali tidak membuat value Tia lebih rendah. Yang penting Tia tetap ingat kepada Allah, tetap bershalawat kepada Rasulullah, tetap dekat dengan Bapak dan Ibu, dan keluarga lainnya. Tetap menjadi orang yang baik, yang menyampaikan kebenaran, yang bijak, yang peduli.
Dan, bukankah hidup ini hanya menunggu waktu sholat dan ajal?
Maha Besar Allah, Maha Mulia Allah.
Allah, yang Maha Pengasih di antara semua yang pengasih.
Allah, yang Maha Penyayang di antara semua yang penyayang.
Tiada Tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau. Sungguh aku termasuk orang-orang yang zalim.
Sungguh, aku hanyalah hamba-Mu yang penuh dosa, yang lemah, yang terbatas.
Ampunilah dosa-dosaku, dosa kedua orang tuaku, keluargaku, orang-orang yang aku sayangi, serta seluruh kaum mukminin, baik di masa lalu, masa kini, maupun di masa depan.
Terima kasih atas segala rahmat-Mu. Untuk tahun selanjutnya, sungguh aku teramat dangkal, sedangkan Engkau Maha Presisi. Maka aku menyerahkan semuanya kepada-Mu.
Wahai Dzat Yang Maha Hidup lagi Maha Berdiri Sendiri (Yang Maha Kekal), dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan, perbaikilah urusanku seluruhnya, dan jangan Engkau serahkan aku kepada diriku sendiri walau hanya sekejap mata.
Lalu saya kembali melanjutkan ritual akhir tahun saya sambil berdoa untuk tidak pernah berputus asa dari rahmat Allah.
اِذْ تَسْتَغِيْثُوْنَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَـكُمْ اَنِّيْ مُمِدُّكُمْ بِاَلْفٍ مِّنَ الْمَلٰۤٮِٕكَةِ مُرْدِفِيْنَ
وَمَا جَعَلَهُ اللّٰهُ اِلَّا بُشْرٰى وَلِتَطْمَٮِٕنَّ بِهٖ قُلُوْبُكُمْ ۚ وَمَا النَّصْرُ اِلَّا مِنْ عِنْدِ اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ
(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu, "Sungguh, Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut." Dan tidaklah Allah menjadikannya melainkan sebagai kabar gembira agar hatimu menjadi tenteram karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.
(Al-Anfal : 9–10)
Komentar
Posting Komentar