Yuk ! Orang keren itu yang bisa jaga alamnya
Bencana dibalik Protein Tinggi Hewan Laut
Indonesia
merupakan negara kepulauan yang dua per tiga bagiannya adalah lautan. Lautan
Indonesia merupakan akuarium alami terbesar di dunia bagi ribuan spesies laut.
Tak heran, kekayaan laut Indonesia masih menjadi andalan untuk mencari nafkah
bagi sebagian masyarakat yang tinggal di pesisir pantai. Pun para pemburu ikan
dari seluruh dunia juga tertarik dengan kekayaan laut Indonesia. Dewasa ini
banyak pemburu ikan yang menggunakan alat pemburu besar seperti trawl, demi mendapatkan ikan dengan
jumlah yang banyak. Padahal alat tersebut dapat merusak ekosistem bawah laut.
Dalam
bahasa Indonesia, trawl berarti
jaring. Namun, jaring disini merupakan jaring kantong besar yang ditarik di
belakang kapal yang sedang berjalan menelusuri dasar perairan untuk menangkap
ikan dan jenis demersal lainnya. Dengan menggunakan trawl, bayi ikan, ikan yang berukuran besar, cumi-cumi, penyu dan
spesies laut lainnya bisa terperangkap didalamnya. Sehingga, bukan hal yang
aneh jika kelak ikan di laut akan habis dan ekosistem laut akan terganggu
apabila hal ini terus terjadi.
Di
sisi lain, tercatat ada sekitar 120 juta orang yang hidupnya tergantung kepada
hasil laut di wilayah Segitiga Terumbu Karang(Coral Triangle) dunia, yang
mencakup Filipina, Timor Leste, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, Malaysia dan
70 persen lautan Indonesia yang termasuk dalam kawasan ini. Di Indonesia
sendiri, berdasarkan data BPS(2011) tercatat terdapat sebanyak 7,87 juta
nelayan miskin dan 2,2 juta nelayan sangat miskin yang tersebar di 10.640 desa
nelayan pesisir. Nelayan kecil tentu tidak mampu untuk bersaing dengan
perusahaan komersial yang terus mengeruk kekayaan laut Indonesia.
Kebanyakan
perusahaan komersial menggunakan trawl
untuk menangkap ikan, karena hasil dari tangkapan trawl ini cukup banyak tanpa memikirkan dampak yang ditimbulkan
pada keseimbangan ekosistem laut dan keberlangsungan hidup berbagai spesies
bawah laut. Trawl akan mempercepat
punahnya hewan-hewan laut, seperti penyu. Indonesia merupakan rumah bagi enam
dari tujuh spesies penyu di dunia. Hal ini dikarenakan laut Indonesia
memberikan tempat yang penting untuk bersarang dan mencari makan, disamping
merupakan rute perpindahan yang penting di persimpangan Samudera Pasifik dan
Hindia. Namun saat ini, spesies penyu tersebut tercantum sebagai yang rentan,
terancam dan atau sangat terancam menurut IUCN Red List of Threatened
Species(Daftar Merah Spesies yang terancam menurut IUCN). Penyu yang ada di
laut Indonesia juga merupakan tangkapan sampingan trawl, karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
Cara
kerja trawl adalah dengan ditarik
oleh kapal yang menyapu ke dasar perairan, maka terumbu karang juga bisa ikut
rusak karea tersangkut ataupun terbawa jaring. Penggunaan trawl pada daerah terumbu karang dapat dilihat pada kasus yang
terjadi di perairan Bagan Siapi-Api, Sumatera Utara dan di Selat Tiworo,
Sulawesi Tenggara. Padahal berdasarkan pendapat ahli, diperkirakan sekitar 51%
terumbu karang Asia Tenggara dan 18% terumbu karang dunia berada di Indonesia.
Apabila hal ini terus terjadi, maka bisa saja terumbu karang di Indonesia akan
rusak parah dan ekosistem laut akan terganggu. Dampak jangka panjangnya adalah
berkurangnya jumlah dan spesies hewan laut yang notebennya saat ini merupakan
masakan berprotein tinggi yang digemari oleh semua orang, sehingga di masa
depan belum tentu anak cucu kita bisa menikmati kekayaan laut Indonesia.
Komentar
Posting Komentar