Titik balik

Saya mulai tulisan ini dengan
Bismillahirrohmanirrohim

Di suatu hari yang lampau, saya pernah merasa bahwa saya hidup penuh dengan kesia-siaan. Saya tidak bisa bermanfaat bagi sekitar. Saya merasa saya hanyalah makhluk kompleks ciptaan Allah yang numpang hidup di bumi tanpa memberikan manfaat apapun. Saya merasa terpuruk dengan keadaan saya. Saya ingin menjadi manusia yang bermanfaat tetapi saya bingung bagaimana caranya. Saya ingin meminta bantuan orang lain tetapi saya lupa bagaimana cara meminta. Saya menjalani hidup yang monoton setiap hari. Saya melakukan apa yang suka setiap hari. Setiap hari. Tetapi saya belum tahu apa sebenarnya tujuan hidup saya, apa sebenarnya yang saya inginkan dan butuhkan. 

Bagi saya hidup itu dilematis. Bukan pilihan. Semua punya sisi positif dan negatif. Apapun itu. Pilihan-pilihan dalam hidup tidak bisa tidak, mutlak, pasti tunduk pada hukum kesetimbangan. Saya adalah tipe orang yang lebih sering menentukan pilihan dengan menggunakan hati. Saya lebih suka menentukan pilihan yang bukan menurut orang lain (mungkin) biasa saja, saya menentukan pilihan saya menggunakan hati, kemudian pilihan yang sudah saya ambil itu saya kembangkan menjadi yang terbaik versi saya. Selama beberapa waktu yang lalu, saya terlalu berpikir menggunakan logika dan tidak disertai hati. Tahu apa akibatnya? Saya merasa saya dibohongi diri saya sendiri. Saya terlalu fokus mengembangkan diri saya sendiri tanpa mengembangkan sekitar. Hasilnya? Saya tidak terlalu maju dan saya juga tidak terlalu berkembang. Kenapa bisa begitu? Karena lingkungan sekitar saya tidak ikut berkembang. Jadi ya percuma. Tidak bisa sinkron. 

Kemudian suatu hari saya tergabung di tim KKN-PPM UGM 17-GRT-01. Saya mulai menemukan diri saya, saya mulai bisa menikmati hidup. Saya berusaha mencari tahu apa sebenarnya yang membuat saya nyaman dengan kondisi tersebut. Ketemu! Akhirnya saya menemukan jawabannya. Jawabannya adalah seimbangkan hidupmu. Jangan melulu mengurusi urusanmu sendiri, coba lihat sekitar, barangkali mereka membutuhkan bantuanmu, barangkali kamu bisa bermanfaat, manfaat sekecil apapun. Saat bisa bermanfaat untuk orang lain, ketenangan batin bisa kita dapatkan. Itu yang saya rasakan. Ketika saya bisa membantu teman-teman saya atau warga sekitar, rasanya saya sangat bahagia, padahal bantuan saya tersebut juga bukan bantuan yang terlalu bagaimana. 

Dari tahun 2016, saya mulai tergabung di komunitas sosial Boyolali Bergerak. Sebenarnya, awal mula terketuk nurani saya ya disini. Hanya saja saat itu saya belum terlalu mengerti maksud dari nurani saya. Baru ketika saya KKN, saya sepenuhnya sadar bahwa maksud nurani saya adalah 
"Jadilah orang yang bermanfaat dan senantiasa menebar kebaikan, Widh..."
Bumi terus berputar, kehidupan dunia mengalir karena adanya sebab akibat. Pasca KKN, saya semakin konsen dengan kegiatan Boyolali Bergerak. Semakin berusaha meluangkan waktu untuk setiap kegiatan di komunitas tersebut. Kami, seluruh anggota Boyolali Bergerak berusaha menjadi manusia-manusia yang bermanfaat bagi sekitar, berusaha mengamalkan apapun yang kami miliki untuk sekitar, berusaha menerapkan ilmu yang kami dapatkan selama kami belajar. Membuat berbagai macam kegiatan sosial dengan bermacam-macam manusia adalah hadiah untuk saya. Saya bisa belajar bahwa perbedaan memang selalu ada, tetapi bukankah pelangi yang terdiri dari berbagai macam warna menjadi lebih cantik? Perbedaan ada untuk mempercantik kehidupan.

Kemudian pada suatu hari, tiba-tiba kami dihubungi oleh salah satu kru dari program Lentera Indonesia NET TV. Tentu kami kaget, karena kami tidak pernah kami memasang ekspektasi setinggi itu. Bahkan saya masih tidak percaya. Tidak percaya. Kenapa? Karena menurut saya, komunitas ini masih butuh banyak belajar, masih butuh banyak proses. Tetapi ternyata memang kehendak Tuhan tiada duanya. Kami dipercaya menjadi narasumber di Lentera Indonesia. Artinya, Tuhan meminta kami untuk terus berproses dan berusaha mengembangkan Boyolali Bergerak. Kami diminta untuk terus berusaha bermanfaat bagi sekitar. Kami diminta untuk selalu ingat bahwa dalam hidup selalu ada yang membutuhkan bantuan kita sekecil apapun. Kami diminta untuk selalu ingat bahwa berkembang itu perlu, tetapi turut mengambangkan sekitar juga perlu. Agar hidup yang kita jalani ini seimbang.

Percayalah, teman-teman. Saat kita bisa bermanfaat bagi orang lain, kebahagiaan itu otomatis kita dapatkan. Ada rasa puas di nurani kita. Ada rasa haru yang bahkan bagi saya ini masih menjadi misteri, terlalu sulit untuk menggambarkannya. Memang banyak target-target yang ingin kita capai, tapi juga jangan lupa, bahwa hidup itu bermakna ketika kita bisa membuat hidup orang lain bermakna. Kita juga tidak tahu kebaikan apa yang nanti akan mengantarkan kita ke surga. Jadi, jangan lelah berbuat baik ya. Saat kebaikanmu tidak dihargai di hari ini, mungkin nanti. Semangat menebar kebaikan ya!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rindu: Wijaya

Dream Job

Momiji Kairou: Mapple Corridor