How it feels work at Paragon

Sudah banyak teman-teman yang menceritakan kisah inspiresyen, maka saya merasa perlu juga menceritakan kisah saya yang cenderung ga inspiresyen-inspiresyen banget, tapi insyaallah saya buat sejujur mungkin dan saya selalu menekankan bahwa selalu ada hikmahnya. Di dalam cerita ini akan ada salah satu tokoh yang saya kagumi, jadi mohon maklum dengan jiwa "fangirl-ingan" saya ya.


Well, setelah nganggur selama beberapa bulan, akhirnya bisa bergabung di salah satu beauty company di Indonesia, saya bergabung di Paragon Technology and Innovation. Alhamdulillah saya ditempatkan di departemen Human Resources, walaupun background saya food banget, bahkan di kuliah saya jarang sekali ngambil mata kuliah soal manajemen sumber daya manusia atau people development. Tapi mungkin hikmahnya di situ, supaya saya bisa mengeksplor diri saya di sini. 

Kebetulan saya pernah ngerasain di HO dan DC. Merasakan environment dan budaya di masing-masing tempat dan memang berbeda-beda. Mencoba memahami dan beradaptasi. Sampai akhirnya penempatan saya adalah di pabrik. Di pabrik, saya terjun langsung dari upstream sampai downstream, dari hulu sampai hilir. Di pabrik selain mikirin konsep dan eksekusinya, semuanya harus serba cito (cepat/emergency, red) semua harus kayak Lara Jonggrang dan perfect, terus karena menghadapi berbagai macam latar belakang karyawan jadi nano-nano banget rasanya. Seringkali saya merasa ingin menyerah, tapi kemudian berpikir lagi bahwa saya yang memutuskan untuk memulai, jadi saya harus menyelesaikan sesuai jalur dan jauhnya. Selalu menguatkan diri dan berterima kasih karena di sini saya belajar banyak hal, saya seperti belajar dengan kecepatan akselerasi di sini. Cepat sekali.

Salah satu hal yang paling saya syukuri adalah saya mengenal pak sony. Saya tidak tau bagaimana pak sony mengenal saya, tapi saya rasa saya cukup bisa mengenal beliau dan bisa mendeskirpsikan beliau. Ada suatu waktu yang membuat saya coaching bersama beliau. Dari situ saya mencoba memahami bagaimana sifat beliau dan dari saat itu juga saya merasa kagum dengan beliau. Terlepas bagaimana pendapat orang, bagi saya pak sony mengagumkan.

Pak sony orangnya santai tapi selalu gigih, memiliki prinsip bahwa hidup adalah merayakan detik demi detik, bukan untuk menjawab pertanyaan orang-orang yang benar-benar peduli atau tidak, tapi untuk menjawab pertanyaan diri sendiri. Pak sony seperti magnet, semua orang senang berteman dengan pak sony, pun saya . Hampir tidak pernah mempermasalahkan apa pun dalam hidup, apalagi hidup orang lain. Pak sony ramah kepada semua orang dan juga baik hati. Pak sony satu dari sejuta. Saya kagum bagaimana pak sony bisa mementingkan orang lain daripada dirinya sendiri. Hal-hal remeh temeh yang bagi orang lain sangat tidak menarik, bagi pak sony bisa diambil pelajaran dan hikmahnya. Pokoknya saya kagum bagaimana pak sony, semoga pak sony selalu sehat dan keluarganya juga dipenuhi dengan kebahagiaan. Semoga juga project saya yang minggu depan dipresentasikan ke beliau bisa membuat beliau bangga. 

Jadi begitulah suka duka di Paragon, over all saya merasa belajar dengan kecepatan akselerasi seperti mengembangnya alam semesta (?). Alhamdulillah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rindu: Wijaya

Dream Job

Momiji Kairou: Mapple Corridor