Na

Kata orang, salah satu momen paling sendu sekaligus mengharukan dalam hidup adalah ketika sahabat baik kita menikah. Dulu, saya pikir itu hanya bumbu melodrama, karena bukankah memang begitu jalan hidup? Ada yang datang, ada yang pergi. Bukankah semua orang, pada waktunya, akan menemukan jalannya sendiri?

Fiuh.

Tapi hari ini, saya mengerti. Bukan untuk pertama kali, namun kali ini berbeda. Rasanya campur aduk: hangat yang membuat tersenyum, haru yang membuat mata basah, dan sesak yang diam-diam menetap di dada.

Na, namanya.
Enam tahun lalu kami bertemu, sama-sama membawa koper harapan ke Jakarta untuk MT family interview (karena memang perusahaannya adalah family company). Kami datang di hari yang sama, duduk di ruangan yang sama, dan melakukan interview bersama. Kemudian setelah selesai, sebelum berpisah, kami membuat perjanjian: jangan saling menghubungi setelah wawancara. Alasannya konyol tapi manis, agar tak ada yang merasa patah hati jika hanya salah satu yang diterima.

Namun beberapa hari kemudian, ponsel saya berdering. Pesan darinya muncul:
"Maaf, aku melanggar janji kita. Tapi… gimana hasilnya?"
"Keterima."
"Aku juga."

Sejak itu, kami melangkah berdampingan. Dari sekadar teman, menjadi sahabat. Menjadi teman baik. 

Na, gadis berjilbab dengan tinggi yang sedikit di atas rata-rata perempuan Indonesia. Sekilas, ia mungkin terlihat biasa, seperti gadis Indonesia pada umumnya. Tapi di mata saya, Na bukan gadis biasa. Wajahnya mungkin tak bisa kita temui pada iklan-iklan di TV atau baliho, tapi hatinya… lebih dari cukup untuk meyakinkan siapa pun bahwa kebaikan adalah hal paling nyata di dunia ini. Ada sesuatu pada dirinya yang membuat siapa pun mudah sekali jatuh pada rasa sayang kepadanya.

Na adalah logika yang dibungkus kelembutan. Ia tegas, tapi peduli. Ia memandang hidup dengan cara yang membuat semua masalah tampak mungkin untuk dilewati. Saat saya bersamanya, kebaikan terasa seperti hal paling sederhana di dunia. Tanpa ia sadari, ia menuntun saya untuk jarang mengeluh, dan lebih sering berterima kasih atas apa yang saya punya. Yah meskipun, kadang kami mengeluh bersama seperti manusia pada umumnya (atau tidak umum ya?).

Na terlalu senang berbagi. Kadang sampai mengorbankan dirinya, demi orang-orang yang ia cintai. Ia selalu punya ruang ekstra untuk memberi waktu, tenaga, hati yang lapang, dan telinga yang sabar. Na tahu hampir semua bab dalam hidup saya, dari halaman-halaman paling muram hingga yang paling berbunga.

Saya pun menyimpan kisah-kisahnya. Ada ruang khusus di hati saya yang hanya berisi cerita-cerita Na, yang bahkan mungkin ia sendiri sudah lupa, tapi saya masih mengingatnya. Cara matanya berbinar, intonasinya yang kadang meledak seperti kembang api, jeda-jeda napas di tengah cerita.

Ketika Bapak terkena COVID dan saya tak bisa berbuat apa-apa selain berdoa, Na yang memeluk saya dengan kata-kata. Saat Ibu harus dioperasi, Na juga yang menenangkan. Ah, terlalu banyak momen yang membuat saya merasa hutang saya padanya tak akan pernah lunas. Sungguh, tak akan pernah cukup juga jika saya ceritakan kebaikan-kebaikannya di sini. 

Na,
I’m not a good friend. Aku usil, menyebalkan, dan sering tak bisa diandalkan, apalagi soal beberes (hehe). I know I’m not the friend you might have wished for, but I am trying. And I will keep trying.

Dan kini, di tengah perjalanan yang kita tempuh dari awal bersama, sebentar lagi kamu akan menikah. Rasanya baru kemarin kita duduk di bandara, menunggu penerbangan menuju Jakarta untuk wawancara kerja. Waktu memang pelari yang ulung dan yang tak pernah sudi untuk menoleh.

Bulan depan, insyaallah kamu akan menjadi istri Dho. Doaku untukmu amat sederhana: semoga kamu dan Dho bisa saling menyayangi selamanya, sampai Tuhan bilang tidak bisa.

Untuk Dho:
Tolong berjanji untuk menyayangi Na apa pun keadaan kalian. Na adalah hati yang amat tulus dan jika kamu menyakitinya, kamu akan berurusan denganku.
Maaf jika aku pernah, atau mungkin masih, membuatmu kesal ya Dho. Maaf kita pernah berantem yang aneh sekali saat itu (you name it LOL). Semoga kamu memaafkan aku Dho. Aku juga berdoa supaya kamu selalu diberi kekuatan dan kelapangan hati. Karena bersamamu nanti, Na akan menitipkan hatinya, dan itu adalah titipan yang tak ternilai. Terima kasih ya Dho sudah hadir di hidup Na.

Terima kasih juga, Na.
Terima kasih untuk setiap pagi yang kita mulai dengan tawa, untuk setiap langkah yang kita lalui dengan keluh yang berubah menjadi lega. Terima kasih untuk menjadi rumah dalam bentuk manusia, tempat pulang tanpa harus mengetuk pintu. Terima kasih untuk kesabaranmu, untuk telingamu yang tak pernah penuh, dan untuk hatimu yang tak pernah tertutup.

Jika kelak dunia membuat langkahmu goyah, semoga ada tangan yang selalu menggenggam. Jika kelak hujan datang tanpa aba-aba, semoga selalu ada pelukan yang menghangatkan. Semoga kalian berdua saling menjaga, saling menuntun, saling menjadi rumah, hingga Tuhan memanggil salah satu lebih dulu.

Selamat menuju pernikahan, sahabatku.
Semoga cinta kalian bukan hanya bertahan, tapi tumbuh, setiap hari, setiap musim, setiap nafas. Love you guys to the infinity and beyond.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Taraxacum

Membumikan Riset

Kation