Tini

Nah ini lanjutan dari cerita soal Tono. Namanya Tini, saya mengenalnya dari dulu saat pertama saya masuk ke perusahaan ini. Kami dekat karena satu orang yang membuat kami dekat. Setelah itu kami dipertemukan kembali di departemen yang sama, kami menjadi lebih dekat.

Lalu siapa Tini ini sampai saya harus menulis di blog saya? Sama seperti Tono, Tini bukanlah pejabat, bukan politisi, bukan artis, bukan pesulap, presiden apalagi. Tak ada alasan masuk akal yang bisa saya tuliskan kecuali saya menyayangi Tini dengan sepenuh hati seperti rasa sayang saya kepada kakak saya. Tini merupakan teman yang bisa menjadi kakak, merupakan yang terbaik, dan paling positif yang pernah saya kenal.

Tini hampir selalu ada di saat-saat terburuk saya. Tini selalu sabar, selalu menasehati, selalu menjadi pendengar yang baik, tidak pernah sinis kepada saya yang sering bertingkah konyol dan memalukan. Tini begitu dewasa dan keibuan. Saya jamin semua orang akan nyaman berada di sisinya. Tini selalu menerima segala konsekuensi di bumi dengan senyuman. Saya tidak pernah mendengar keluhan yang berarti dari mulut Tini. Tini sangat tabah. Tini tidak pernah menangis di depan saya, sampai suatu ketika dia bisa menangis di depan saya. Saat itu yang saya pikirkan adalah berarti masalah yang sedang ia hadapi bukanlah masalah yang ringan, karena Tini tidak pernah menangis. Tini sangat tangguh. 

Saya senang bepergian bersama Tini. Sekadar berlama-lama di kendaraan, melamun, bernyanyi kecil, mengomentari pejalan kaki atau pengendara lain, terjebak macet sehari sebelum idul adha, menikmati cahaya lampu kota, dan menikmati obrolan-obrolan ringan. Ketika saya bersama Tini, saya menikmati romantisme perjalanan. Romantisme perjalanan bagi saya adalah menyaksikan bahwa mereka yang membersamai kita di perjalanan. Sangat menyenangkan. Bersamanya adalah cukup, tidak perlu kemana-mana.

Bepuluh-puluh kali saya terjatuh, berpuluh-puluh kali juga Tini menggenggam tangan saya untuk bangkit. Membawakan hadiah dan menulis kata-kata romantis yang penuh semangat adalah hobi Tini, siapa itu Mario Teguh? Saya punya Tini. Tini yang sangat bijak dan positif. Tini yang bisa menjadi kakak, teman, sekaligus penasehat saya. Sama seperti Tono, Tini juga tinggal di daerah yang jauh dari tempat saya. Tapi entah kenapa saya merasa terkoneksi dengan dia melalui telepati. Keren sekali ya? Itulah kasih sayang. Kasih sayang yang pelan-pelan membuat saya belajar, yang pada akhirnya mengantarkan saya pada kesadaran klasik, bahwa dunia tidak selalu bekerja sesuai nalar dan cara pandang kita. Ada hal-hal yang kebal nalar, seperti kasih sayang sesama manusia *kayak dasa dharma pramuka ya bun*.

Saya, sampai saat ini belum menemukan padanan kata yang tepat untuk menggambarkan betapa positifnya Tini, perhatian, penuh kasih sayang, rajin, berdedikasi, dewasa, keibuan sekali, dan tabah. Saya yakin Tini saat ini sangat populer di kalangan ibu-ibu yang mendambakan menantu terbaik bagi anak-anak laki-laki mereka. Saya yakin ibu-ibu yang punya anak perempuan, mungkin termasuk ibu saya, kalau kenal dengan Tini, akan menyempatkan berceramah tentang betapa sudah seharusnya anak perempuan itu seperti Tini. Oiya lupa, Tini sangat senang memasak, baginya memasak adalah terapi penghilang stress. Selain senang, dia juga jagoan dalam memasak. Idaman sekali bukan? Sungguh berkebalikan dengan widha. Hahahaha. Intinya, Tini memenuhi kriteria menantu idaman ibu-ibu yang anak laki-lakinya jomblo.

Tulisan ini saya dedikasikan untuk Tini, jika suatu saat Tini membaca tulisan ini, terima kasih Tini. Kalau tidak ada kamu, aku jadi apa? I love you. Semoga, sampai nanti, sampai saya bahkan tidak bisa membaca tulisan ini lagi, Tini selalu bisa mengenang dan menerima saya apa adanya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membumikan Riset

Dream Job

Badai