Cerpen Ala Ala Anak SMP

Hai
Saya kembali dari peradaban kuno

Daaaaan,
Saya InshaAllah lagi enggak galau

Walaupun sebenarnya beberapa hari yang lalu, saya mengalami peristiwa yang menyedihkan
Sangat menyedihkan
Bahkan sampai sekarang saya tak percaya kalau itu terjadi

Sebenarnya sih, saya mau bikin post tentang cerita peristiwa yang saya alami tersebut
Tapi, takut galau sendirian
Kenapa? Karena posisi saya sekarang di perpus dan sedang sendirian
Kan gak asik kalau saya nangis-nangis sendiri

So, i'll upload my old stuff. Hahaha
Bisa dikatakan sebagai "stuff" gak ya

Iyain ajadeh..
Saya mau uplod cerpen buatan saya waktu SMP

And, enjoy it!
Cheers !!

Maaf kalau alay, namanya juga anak SMP labil hahaha


Judulnya apa ya?
Hmmm


Aku adalah gadis biasa yang terlahir dikota susu, Boyolali 18 tahun lalu. Namaku Rizky Aisyah, tapi teman-temanku sering memanggilku Ais. Sekarang aku menempuh pendidikan fakultas teknik di ITB(Institut Teknologi Bandung) semester 2. Aku bersusah payah masuk dikampus itu. Mati-matian aku belajar, awalnya aku ragu, karena raport semester satuku tipex-an semua tapi demi Allah itu hanya kesalahan wali kelasku, nilai rata-rata kelas malah diletakkan pada nilai asliku. Aku kira itu bisa memutuskan impianku. Tapi kehendak Allah SWT memang luar biasa. Aku bisa. Dan aku berjanji untuk menjadi perancang pesawat terbang dari Indonesia kedua setelah idolaku, BJ Habibie. 2 Juni 2015 aku mengikuti tes pertukaran pelajar di Australia. Pagi itu aku sangat sibuk mempersiapkan segalanya. Aku tinggal dikost, jadi harus mempersiapkan sendirian, disela-sela kesibukanku hapeku yang sudah tua itu bordering,
            *dimana~akan kucari aku menangis seorang diri*  lagu kesukaan ayah terlantun dari hapeku. Oalah, ibuku rupanya. Kataku dalam hai
            “Assalamu’alaikum buk..”
            “Wa’alaikum salam nduk.. piye, udah siap belum nduk?” nada ibuku  terdengar khawatir
            “Sudah insyAllah buk.. doakan Ais sukses ya buk..”
“Pasti nduk, yowis, ibuk mau masak dulu yo. Sukses. Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikum salam..” salamku mengakhiri percakapanku dengan ibuku ditelpon pagi itu
 Lalu kulanjutkan mempersiapkan barang-barang yang perlu kubawa ketempat test pertukaran pelajar. Kemudian aku berangkat. Kutempuh perjalanan sekitar 7 KM dengan angkutan umum di Bandung. Sekitar 25 menit aku sampai. Kulihat sekelilingku, semuanya kendaraan mewah.
            “Wah… bagus-bagus mobilnya..sepertinya hanya aku yang naik angkutan umum kesini.”
Aku hanya diam dan berjalan mondar-mandir disekitar tempat test itu. Karena aku memang tidak kenal siapapun disitu, walaupun sudah 3 semester aku tinggal di Bandung. Kemudian kuputuskan untuk duduk didekat kolam ikan dibawah pohon yang rindang. Saat aku duduk disana, aku merasa ada yang memperhatikanku, sepertinya ada yang dari tadi memperhatikanku, kataku dalam hati. Lalu kuputuskan beranjak dari tempat itu, karena aku merasa tak nyaman. Baru saja aku berdiri speaker dihalaman tempat itu berbunyi dan memberitahukan bahwa test pertukaran belajar akan segera dimulai.
            “akhirnya… bismillah ya Allah.”
Aku masuk ke sebuah ruangan, aku mendapat tempat duduk didepan.
            “tak masalah..” kataku
Sekitar 2 jam aku mengikuti tes tertulis, cukup sulit memang. Tapi aku rasa sudah melakukan yang terbaik. Saat diluar aku kembali duduk ditempat yang tadi, aku membuka bekal yang kupersiapkan sendiri tadi pagi. Samar-samar kudengar teman-teman yang juga mengikuti test itu menggerutu karena susahnya soal. Aku berhenti menyantap bekalku sejenak, kuambil nafas dalam-dalam, lalu kulafalkan doaku
            “Ya Allah Ya Rabb, ijinkan aku berhasil mengikuti pertukaran pelajar ini, aku akan berusaha yang terbaik. Amiin.” Kemudian kulanjutkan menyantap bekalku.
Selang sekitar 30 menit, speaker dihalaman tempat itu kembali berbunyi memberitahukan test wawancara akan segera dimulai.
            “Untunglah sudah habis bekalku.”
Lalu aku menunggu panitia memanggil namaku, kearena memang test wawancara dilakukan head to head. Lama aku menunggu, sampai-sampai aku sempat ketiduran, hingga sekitar pukul 13.00 aku dipanggil.
            “Akhirnya giliranku, tapi sayang hari ini aku tidak diijikan sholat dzuhur karena kodrat sebagai wanita.. bismillah.”
Setelah aku masuk diruangan itu, aku begitu gugup. Kulihat dua orang yang memang sudah berpengalaman sepertinya. Kujawab pertanyaan mereka satu persatu. Ahhhh lama sekali rasanya, kenapa tek selesai juga? Batinku. Tak selang beberapa lama, aku disuruh keluar.
            “Alhamdulillah, semoga yang terbaik. Tinggal menunggu pengumuman besok” kataku
Lalu aku memutuskan pulang, aku berjalan menuju halte dan menunggu angkutan umum disana. Tak terasa sudah hampir senja, dan aku belum mendapatkan angkutan umum. Aku mulai cemas. Tiba-tiba ada mobil yang kalau tidak salah itu mobil alphard berhenti didepanku. Aku tetap diam, karena aku tidak merasa kenal dengan mobil itu. Tak lama, pengendara mobil itu turun dan menghampiriku.
            “Mau pulang bareng?” katanya
            “Ahhh tidak perlu, aku sebentar lagi juga dapet angkot kok.” Jawabku
            “Tidak usah takut, aku ini bukan orang jahat. Mari, dari pada kemaleman.” Katanya lagi sambil melemparkan seutas senyumnya.
            “Apa tidak apa-apa?” tanyaku ragu-ragu
            “Tidak kok, mari.” Jawabnya sambil berjalan dan kemudian membukakan pintu mobilnya untukku.
Selama perjalanan aku hanya diam, aku sebenarnya ingin mengobol dengannya. Tapi aku tak berani mengucapkan satu katapun padanya. Hingga,
            “Tadi kamu bisa?”
Aku menoleh dan diam beberapa saat
            “Emmm.. Alhamdulillah lumayan mas..” Jawabku gugup
            “Hahahaha.. jangan panggil mas dong, aku masih muda ini. Emmm aku Ilham”
            “Aisyah..”
            “Aisyah.. salam kenal ya”
Aku hanya mengangguk pelan menanggapi sapaan darinya itu. Setelah tiba diperempatan dekat kostku, aku menyetop mobil Ilham.
            “Disini saja emmm…” aku tersendat saat ingin menyebut namanya
            “Ilham..” lanjutnya
            “Iya, Ilham, terimakasih ya”
            “Sama-sama Syah. Eh syah….” Panggilnya saat aku beranjak untuk membuka pintu mobil, aku menoleh.
            “iya?”
            “Jilbab kamu agak miring..” katanya sambil melemparkan senyumnya lagi
            “Ohh.. tidak apa-apa, sudah mau sampai kok. Hehe.. hati-hati ya ham”
Setelah itu mobil Ilham dengan cepat menghilang. Sesampai dikost, dengan segera aku membersihkan diriku dan kemudian kulanjutkan dengan memantau website pemerintah yang mengadakan program pertukaran pelajar. Kutunggu pengumuman tentang siapa saja yang lolos dalam pertukaran pelajar tersebut. Tak terasa jam dikamar kostku sudah menunjukkan pukul 11 malam. Tak juga muncul pengumuman. Hingga aku tertidur. Dan disaat aku bangun kokok ayam jago sudah terdengar.
            “Ahhhh… ketiduran aku..” lalu buru-buru kubuka laptoku, kulihat daftar nama-nama yang lolos pertukaran pelajar. Kulihat dengan cermat dan hati-hati. Tetapi tak ada namaku. Sudah sampai huruf R, tetapi namaku belum juga muncul. Aku sudah hampir putus asa. Lalu tak sengaja kursor laptop bergerak dan berhenti dinama “Rizky Aisyah” Ya Allah betapa bahagianya hatiku. Berkali-kali ku sebut nama Allah SWT, kukatakan Alhamdulillah. Dengan semangat aku mandi dan mempersiapkan diriku untuk kembali ketempat test pertukarang pelajar yang kemarin untuk mengisi biodataku. Pagi itu terlihat sangat cerah. Kutempuh perjalanan dengan angkutan umum lagi. Kemudian kumasuki gerbang dengan senyumku. Aku tak sabar mengisi biodataku dan kemudian aku segera ke Australia. Sekitar pukul 09.00 aku masuk ke sebuah ruangan, tak ku sangka, aku satu ruangan dengan Ilham. Saat aku bau mengisi biodataku, aku berhenti agak lama, lalu ada yang berbicara padaku,
            “Lama banget ngisi biodata gitu juga..” kata seseorang padaku, dan aku hanya tersenyum. Lalu dia melihat isi biodataku.
            “Pantesan lama, ayahnya kerjaanya Cuma buruh dipabrik. Hahahaha” katanya lagi, dan berhasil membuat semua orang diruangan itu tertawa.
Mendengar kata-kata itu, hatiku hancur. Ayahku yang sangat aku sayangi ia hina.
            “Tidak.. bukan karena itu, aku berhenti sejenak tadi, karena aku bingung. Bingung memikirkan sekeras apa ayahku bekerja, hingga berhasil membuat aku sekolah di Institut terkenal di Bandung. Aku bangga memiliki ayah sepertinya” Kataku dan tak terasa air mataku mengalir. Semua orang diam dan tercengang. Tapi aku segera mengumpulkan kertasku di meja yang sudah disediakan, lalu aku pergi begitu saja. Aku berjalan menuju halte, beruntung, sesampainya ku dihalte sudah ada angkot yangb ngetem disana. Tanpa piker panjang kunaiki angkot itu. Di dalam angkot aku hany diam dan kembali meneteskan air mata. Tak terasa aku sudah sampai diperempatan dekat kostku. Aku turun disana lalu kulanjutkan dengan berjalan kaki. Sesampai dikost aku tak segera beristirahat, tapi aku kembali meneteskan air mata. Sakit sekali rasanya, ayahku dihina seperti itu. Disela-sela tangisanku, ponselku bordering,
            *dimana~akan kucari aku menangis seorang diri*  dering ponselku
            “Assalamu’alaikum..” aku membuka pembicaraan dengan ibuku
            “Wa’alaikumsalam… nduk, piye??”
Ya Allah, aku bahkan lupa mengabari keluargaku. Kataku dalam hati
            “Ya Allah, maaf buk, aku lupa ngabari ibuk. Alhamdulillah lolos buk.”
            “Alhamdulillah. Lha piye? Layang-layang opo sing perlu dikumpulkan?”
            “Itu buk, passport sama visa buk, itu harus nyarinya di Boyolali buk, lha aku kan KTP nya Boyolali buk. Pripun?”
            “Yowis, gak apa-apa nduk, biar masmu yang nyariin.”
            “Oh gitu, yowis buk..”
            “Iya, yowis yo, ibuk arep masak.”
            “Nggih buk. Assalamu’alaikum.” Kataku mengakhiri
            “Wa’alaikum salam..”
Kemudian aku tersenyum, ternyata ibu mau membatuku melengkapi surat-surat keberangkatanku ke Australia.
            Beberapa hari setelah itu, surat-suratku tak kunjung sampai dikostku. Sebenarnya aku ingin ayah, ibu, kakak dan adikku yang mengantarkan sendiri kesini. Tapi karena mahal biaya transportnya jadi ibu memutuskan untuk mengirimkannya lewat pos. Sore itu aku duduk diteras kostku sambil membayangkan betapa indahnya Australia. Kemudian kulihat dari jauh ada seorang pria tengah baya yang berjalan menghampiriku.
            “Permisi mbak…” kata bapak itu
            “Iya pak. Ada yang bisa saya bantu?”
            “Rumahnya saudari Rizky Aisyah itu sebelah mana ya?”
Aku tersenhyum saat kudengar namaku.
            “Saya sendiri pak..” jawabku sambil kulemparkan senyumku kepadanya
            “Ohh.. ini mbak, ada paket. Tolong ditandatangani disini.” Lanjut pak pos tadi sembari memperlihatkan kertas yang harus aku tanda tangani
            “Baik pak…” “Sudah pak…”
            “Terimakasih mbak. Saya permisi dulu. Mari.”
            “Hati-hati pak.”
Setelah pak pos pergi aku segera membuka paket itu. Semuanya sudah lengkap. Hanya saja ada sepucuk surat disana. Dari ibuku tentunya. Beliau meminta maaf kaena tidak bisa mengantarkan paket itu bersama kakak, ayah dan adikku. Hatiku terenyuh. Saat itu juga aku berjanji akan berusaha sekuat tenaga untuk membuat oang tuaku bangga dan mengharumkan nama Indonesia. 
15 Juni aku berangkat ke Australia. Kami yang lolos hari ini akan berkumpul di Bandara Soekarno Hatta. Disana kulihat teman-temanku yang lolos diantar keluarga mereka. Terlihat jelas diwajah-wajah mereka senyum kebahagiaan. Aku sendiripun sangat bahagia. Walaupun aku tidak diantar oleh keluargaku seperti mereka. Saat aku duduk dikursi tunggu Bandara Soetta Ilham dan keluarganya menghampiriku.
“Hai syah…” sapanya
“Hai….” Jawabku singkat
“Syah.. ini kenalin, mamaku, papaku juga kakakku.”
“Assalamu’alaikum.. saya Aisyah” sapaku kepada mama, papa dan juga kakak Ilham. Lalu kucium tangan mereka.
“Wah.. nak Aisyah sopan sekali.” Kata mama Ilham, dan aku hanya tersenyum simpul
“Ham.. betah dong lo besok di Australia..” kata kakak Ilham
“Lah emang kenapa?” Tanya Ilham bingung
“Ada cewek manis kan? si Aisyah..hahahahaha.”
Aku kaget dengan jawaban Kakak Ilham. Seketika wajahku memerah. Selama ini aku rasa aku belum mendapatkan pujian seperti itu. Kakak ini orang pertama yang memujiku.
            “Tuh kan.. Aisyah jadi malu gitu.” Kata kakak Ilham menambahkan
            “Kak Ahsan. Stop deh. Bikin Aisyah gak nyaman.” Bentak Ilham
Kami semua tertawa. Lalu kami menuju pesawat yan akan aku dan Ilham tumpangi. Disela-sela perjalanan. Papa Ilham membanjiriku pertanyaan. Dan pertanyaan yang terakhir adalah,
            “Nak Aisyah gak dianter mama papanya?”
            “Sebenarnya mau diantar pak. Tapi kan jauh pak. Jadi mahal biayanya. Dan saya memutuskan untuk tidak perlu diantar. Hehe.” Jawabku dengan senyum keraguan
            “Oh begitu. Memang orang tua nak Aisyah kerja apa?”
            “Ayah saya buruh pak, kalau ibu cuma relawan. Hehe”
            “emm… yasudah semangat ya.” Kata papa Ilham mencoba menyemangatiku
15 menit kemudian Ilham dan aku memasuki pesawat. Ilham berpamitan dengan keluarganya sambil meneteskan air mata. Aku hanya melihatnya dan diam.
            “Syah.. jaga Ilham ya.” Kata kak Ahsan
            “eeee….” Aku tersendat
            “Ilham itu nakal syah…hahaha” kata kak Ahsan menambahi. Dan aku hanya tersenyum. Setelah itu kami benar-benar memasuki pesawat dan memulai perjalanan kami. Saat dipesawat aku duduk bersebelahan dengan Ilham. Aku baru pertama kali naik pesawat. Makanya selama dipesawat aku hanya diam. Ilham berusaha mengajakku ngobrol. Tapi aku tetap diam. Hingga ia menggenggam tanganku dan berkata,
            “Aisyah takut?” katanya
            “Iya..” kataku sambil kuperlihatkan wajah takutku. Ilham tersenyum.
            “Tidak apa-apa..” kata Ilham berusaha menenangkanku. Dan aku tersenyum.
Setelah itu aku tertidur. Dan saat aku bangun, Ilham sudah berkemas untuk turun. Karena kami sudah sampai di Australia. Rasanya sepeti mimpi. Aku sudah diluar negeri sekarang. Kami mahasiswa dari Indonesia yang lolos kembali berkumpul untuk mendapatkan orang tua asuh selama disini. Dan kebetulan lagi, aku serta Ilham mendapat orang tua asuh yang sama. Keluarga itu adalah keluarga mister Ibrohim, beliau memiliki 2 anak kembar yang bernama Hasan dan Husein. Mereka masih 5 tahun. Jadi terlihat sangat menyenagkan. Istri mister Ibrohin juga sangat baik kepada kami. Namanya miss Maryam. Keluarga mister Ibrohim bisa dikatakan kaya. Selama aku tinggal dirumahnya aku sangat senang, karena mereka seperti keluargaku sendiri. Dan sekarang aku lumayan cerewet. Tidak seperti dulu, pendiam.
Tak terasa sudah satu semester aku tinggal di Australia. Waktu yang cukup untuk membuat aku dan Ilham cukup dekat. Bahkan kami memiliki tempat nongkrong bersama yaitu di kios pedagang kaki lima penjual makanan halal. Hasan dan Husein setiap hari juga menggodaku, katanya aku dan Ilham kelak harus menjadi suami istri. Dan setiap aku mendengar celotehan mereka berdua aku hanya tersenyum saja.
Pada bulan Juni 2016 ada kompetisi merancang pesawat terbang. Aku ingin ikut, tapi aku tak yakin dengan kemampuanku. Aku merasa aku masih belum ada apa-apanya dibanding mahasiswa Sidney University lainnya. Dan tidak hanya mahasiswa kampusku saja yang mengikuti kompetisi tersebut, tapi seluruh Australia. Bahkan kata Ilham seluruh dunia. Tentu saja aku semakin down. Aku takut sekali. Tapi miss Maryam dan Mister Ibrohim selalu memberiku semangat
“I believe you can do it Ais..” kata mister Ibrohim. Mendengar kata-kata itu aku mulai percaya diri.
“Man Jadda Wa Jadda. Always remember that..” kata miss Maryam menambahkan. Dan semuanyapun ikut menambahkan.
“My little mom.. trust me. You can mom!!!! You can.” kata si manis Husein
“Heiii.. my little dad. Give your wife spirit!!!..euuhhh.” kata Hasan sambil menyikut Ilham. Setelah aku mendengar pernyataan tersebut, aku hanya tertawa yang kemudian diikuti gelak tawa kami semua.
Hari kompetisipun tiba. Aku menunjukkan hasil kerja kerasku selama beberapa bulan terakhir ini. Sungguh, saat itu aku sangat minder. Aku rasa itu karya yang paling buruk. Tapi Ilham terus meyakinkanku. Pesawat itu aku namai Arjuna Indonesia. Jika ditanya alasan mengapa aku menamai pesawat dengan nama Arjuna Indonesia. Aku akan menjawab karena aku menyukai Arjuna tokoh pewayangan Indonesia tersebut. Dan aku bangga menjadi Putri Indonesia.
Saat itu aku mendapat nomor urut terakhir. Tentu aku lebih deg-degan. Aku takut menjadi kontestan terakhir yang menyedihkan. Tapi sungguh didalam hati kecilku terbesit wajah BJ Habibie yang sedang memperlihatkan pesawat rancangannya kepada dunia. Disitu aku bangkit dan mulai gladi resik untuk mempersiapkan presentasiku. Sekitar pukul 17.00 tiba juga giliranku. Aku menunjukkan dan mempresentasikan pesawat mini hasil rancanganku. Aku mengatakan apa yang sudah aku lakukan, kukatakan kelemahan dan kelebihannya. Semua juri terlihat serius dan terpana. Tapi akupun tak tau, itu terpana karena saking jeleknya karyaku atau apa. Setelah cukup lama aku berperang. Akhirnya selesai juga. Akupun diijinkan keluar. Lega rasanya. Sesampainya diluar, Ilham langsung membanjiriku pertanyaan. Wajahnya terlihat pucat. Aku tertawa kecil saat melihat wajahnya.
“Gimana?” tanyanya
“Apa?” jawabku pura-pura tidak mengerti apa maksud Ilham
“Ihhh…kamu. Tadi sukses gak Rizky Aisyah?!!!!!”
“hahahaha.. Alhamdulillah. Semoga yang terbaik. insyaAllah ya.” Jawabku tenang
Setelah mendengar jawaban dari pertanyaanku, Ilham terlihat membuang nafas. Wajahnya lucu. Sesekali ia menggembungkan pipinya itu. Mirip bakpao yang dijual dipasar malam. Hari itu juga pengumuman pemenang kompetisi itu diumumkan. Rasanya aku sudah mengantuk, karena malam juga sudah larut. Aku juga tak yakin menang. Makanya aku ingin pulang. Tetapi Ilham menyuruhku menunggu dan berdoa yang terbaik. Aku menurut saja katanya. Saat menunggu pengumuman jantungku berdebar keras sekali, sampa-sampai aku piker Ilham mendengarnya.
            “Kok lama banget.” Gerutuku
            “Sabar dong Syah. Kan kontestannya juga banyak.” Kata Ilham sambil melempar senyum padaku. Akupun hanya mengangguk pelan.
Beberapa saat setelah itu. Kami para kontestan disuruh oleh panitia untuk masuk ruang presentasi tadi. Aku sangat gugup, sehingga Ilham memutuskan untuk menemaniku. Didalam rasanya sangat sunyi. Mungkin para kontestan semua merasakan seperti apa yang kurasakan sekarang. Gugup sekali. Hingga 5 orang pria memasuki ruangan itu. Diawalinya pidato panjang. Barulah setelah selesai pidato itu salah satu dari pria itu mengumumkan para juara. Diawali dari juara 3, nama yang disebut adalah Carollina Louis. Aku mendengus kesal, karena ternyata bukan namaku. Kemudian juara 2, nama yang disebut adalah Rizqi Muhammad Ali. Jantungku hamper lepas mendengar nama “Rizky” kukira Rizky Aisyah. Ternyata bukan.
            “Aku kira Rizky Aisyah.” Gerutuku
            “Sama syah.” Jawab Ilham. Diwajahnya tampak sekali kekecewaan. Yang ini adalah yang terakhir. Juara 1, aku sudah pesimis. Tak mungkin aku. Meskipun aku sudah pesimis, aku tetap merasa gugup saat juri mengatakan “And the winner is…….”
            “Rizky Aisyah..” aku kaget. Kaget sekali. Aku tidak percaya. Seluruh tubuhku serasa membeku. Aku tak percaya. Bahkan aku tak dapat berkata-kata. Tapi kemudian Ilham menenangkanku. Dan aku berhasil berjalan menuju panggung. Disana aku masih gugup. Saat kuterima penghargaan teringat aku akan ayah, ibu, kakak, adik dan kibaran bendera merah putih. Aku menangis haru. Semua orang memberiku ucapan selamat. Aku menjadi topic utama diberbagai media. Aku bangga sekali. Aku berhasil mengibarkan bendera merah putih di kompetisi Internasional. Aku bisa merancang pesawat. Ibuku langsung mengirimkan email. Disana ada video yang menggambarkan ayah, ibu, kakak dan adikku yang menangis terharu. Ayahku membawa banner yang bertuliskan “Ayah bangga”. Aku menangis sejadi-jadinya. Hatiku sangat senang saat itu.
            Aku terus melakukan eksperimen dan berusaha menyelesaikan kuliahku dengan cepat. Usahaku tidak sia-sia. Meskipun aku tidak cumlaud. Tapi aku lulus dengan IP yang hanya selisih 0,01 dengan mahasiswa yang cumlaud di fakultasku. Ilham juga. Ia juga lulus dengan IP yang bagus. Setelah graduation ceremony aku dan Ilham harus segera pulang ke Indonesia. Rasanya sedih sekali meninggalkan keluarga mister Ibrohim. Mereka sudah sangat baik padaku. Hasan dan Husein tak henti-hentinya menangis. Aku dan Ilham berusaha menenangkan mereka.
            “Call me everyday my son.” Kataku
            “But you must promise. You will always remember us. And love us.” Kata mereka. Akupun mengangguk. Kamipun segera pergi ke Bandara. Dan lagi-lagi, saat aku dan Ilham akan memasuki pesawat, Hasan dan Husein kembali menangis. Namun kali ini diiringi dengan jeritan memanggil namaku dan Ilham. Akupun turun kembali dan memeluknya. Setelah beberapa saat aku dan Ilham cepat-cepat menuju pesawat. Selama dipesawat aku terus menangis. Tak rela rasanya meninggalkan keluarga kecilku di Australia.
            “Kan ada skype, facebook, path, twitter. Jangan sedih.” Kata Ilham berusaha menenangkanku.
Setelah itu aku tertidur hingga pesawatku mendarat di bandara Soetta. Saat aku turun dari pesawat. Aku sangat terkejut, keluargaku sudah ada disana. Aku berlari menghampiri mereka dan kupeluk mereka. Kuceritakan semua yang terjadi ketika di Australia.
Baru beberapa hari aku di Indonesia aku sudah diundang banyak menteri. Aku ditawari ini-itu. Bahkan mereka juga menanyaiku tentang “mengapa aku menolak pekerjaan di Australia sebagai designer pesawat.” Aku pun menjawab enteng “Karena aku putrid Indonesia. Jadi aku mengabdikan diriku untuk Indonesia.” Setelah banyak pihak yang mendengar pernyataanku, mereka memberiku dana untuk mendirikan sekolah khusus jurusan designes pesawat terbang. Akupun mengiyakan. Ilham juga mau diajak bekerjasama. Selain itu aku juga merancang pesawat untuk komersial. Jadi sekarang Indonesia tak perlu mengimpor pesawat dari luar negeri. Bahkan Indonesia sudah mampu mengekspor. Dan pendidikan di Indonesia kini tak dipandang sebelah mata lagi oleh para penghuni dunia ini. Berbondong-bondong orang luar negeri menuntut ilmu di Indonesia. Aku bangga sekali bisa mengabdikan diriku untuk negriku ini.(Maret 2021).



Penasaran gak sih judulnya apa?

Hahaha

Aku kasih tahu deh ya

Judulnya "Pesawat Terbang"

Udah gitu aja

Terimakasih
Bhay
Salam unyu ala ala *benerin kerudung*


Komentar

  1. wid wid, lucu e...bayangke iki koe nulis pas isih smp, isih polos2 e, yang masih dipenuhi mimpi kesana kesana. lucu e.polos banget....kritiknya kok kayak ga ada konflik ya.jadi kayak kurang greget gitu

    BalasHapus
    Balasan
    1. aaaaa makasih rismaku wkwkw
      okeee sipp
      tapi kadang aku takut nge post cerpen di blog, jadi belu nge post lg nih

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rindu: Wijaya

Dream Job

Momiji Kairou: Mapple Corridor