Traveling, Yuk!

Lagi selo banget nih saya


Ngga ding, sebenarnya saya lagi UTS

Terus laporan praktikum masih menunggu saya untuk menyentuhnya

Tapi saya pengin blog saya banyak pengunjung *jujur* *benerin kerudung*

Ini saya ambil dari hipwee.com

Udah ya, baca aja nih


Travelling di usia 20 tahunan adalah ‘salah satu’ cara untuk menemukan jati diri dan menikmati alam Indonesia

1. Di usia 20-an kita sibuk dengan kewajiban-kewajiban kita, lalu apa kita tidak boleh mengekspresikan diri kita? Explore Indonesia kita, dude!

     Di usia 20-an sebagian besar dari kita sudah menyelesaikan kewajiban-kewajiban kita, salah satunya kita sudah menyelesaikan pendidikan kita di perguruan tinggi. Di usia 22 atau 23 beberapa dari kita sudah Sarjana, dan ada juga yang sudah bekerja. Tidak ada lagi kewajiban yang membuat kita terpaksa duduk lama di depan meja demi menyelesaikan skripsi tepat waktu, tidak ada lagi keharusan datang ke kelas jam 7 pagi  demi memenuhi absen agar bisa ikut ujian semester. Ibaratnya, kita sudah terbebas dengan segala kewajiban kampus. Semua keputusan kini ada di tangan kita sendiri. Tapi ingat dudes, kita juga punya kewajiban untuk memenuhi hasil dari gelar sarjana kita. Lalu, apa kita tidak boleh rileks sejenak? Tentu saja boleh. Selepas satu kewajiban selesai dilakoni, bukankah ini saat yang paling tepat untuk memuaskan hasrat yang terpendam selama ini? Inilah saatnya bertemu orang-orang baru, mengakrabkan langkah kita dengan mengeksplorasi keindahan tanah khatulistiwa kita, Indonesia.

2. Belasan tahun menuntut ilmu demi menyongsong masa depan cerah, tapi tanpa kita sadari bayak hal indah yang kita lewatkan begitu saja karena terkurung pada kewajiban menuntut ilmu

     Sebelum kita menjadi manusia dewasa yang menyandang gelar di belakang nama kita, kita disibukkan dengan kewajiban bertahan di tengah beragam kesibukan yang katanya nanti bisa member masa depan cerah untuk kita. Kita yang ingin mengambil Jurusan Sastra di bangku kuliah harus sabar duduk tenang di kelas IPA, sebab orangtuamu menginginkannya. Kita yang sudah tahu ingin kuliah di Jurusan Fotografi justru jarang punya waktu untuk hunting ke berbagai tempat, karena ulangan Matematika menunggumu di akhir pekan. Sementara kita disibukkan dengan hal-hal seperti mengerjakan laporan, review jurnal internasional, membuat paper dan yang lainnya, dunia sebenarnya sedang menawarkan banyak harapan. Ada gunung yag kakinya sudah memanggil untuk didaki, ada jalan-jalan kecil yang menanti untuk segera dijamahi. Maka kapan lagi waktu yang tepat untuk mendatanginya jika bukan saat ini?

3. Usia 20-an adalah masa dimaana kita bisa dikatakan dewasa, tetapi  belum punya banyak kewajiban. Maka dari itu Let’s make our life to become wonderful life!!

     Berapa lama lagi kita punya kebebasan yang tak terbantahkan seperti saat berusia 20-an? Berapa tahun lagi kita bisa melakukan travelling kemanapun sesuai keinginan kita, tanpa harus khawatir pada tumpukan tugas yang menunggu di kantor atau pada pasangan yang butuh ditenangkan di akhir hari? Semakin dewasa hidup tidak akan makin ringan dijalani. Seiring bertambahnya usia justru kewajiban akan datang dengan sendirinya, mengantre rapi menunggu kamu menyelesaikannya. Selama pikiran terberatmu masih berkutat pada hiasan kamar kost yang paling manis dilihat mata, atau bagaimana mendapatkan perhatian dari dosen supaya IP kita sempurna, maka tak ada waktu yang lebih tepat untuk mengangkat ransel dan menjelajahi dunia yang baru kita lihat sepersekian persennya.

4. Dari banyak perjalanan kita akan menyadari bahwa zona nyaman bisa diperluas sesuai keinginan. Tidak ada alasan untuk mengeluh hanya karena keadaan

     Lingkungan baru mungkin sempat menakutkan untuk kita. Bertemu orang-orang baru, harus menyesuaikan diri dengan sekitar yang asing, sampai mempelajari kebiasaan baru di suatu daerah memang bukanlah hal yang  mudah. Hanya lewat perjalananlah kita bisa tahu bagaimana zona nyaman ternyata bisa diperluas sesuai dengan kebutuhan. Kegigihan kita untuk survive dalam segala situasi akan teruji, ketahanan kita menghadapi segala kondisi benar-benar bisa dipertanggungjawabkan hingga titik paling tinggi. Tidak ada zona nyaman yang demikian sempit, hanya berkutat di kota kelahiran kita semata. Semua situasi pasti bisa dihadapi, selama kita punya kemauan.

5. Dalam setiap perjalanan, kita akan selalu menemukan kawan baru yang seperjuangan. Mereka yang terus menemani dan bertahan dalam berbagai keadaan

     Salah satu hal yang menyenangkan dari perjalanan adalah bagaimana kita bisa menemukan kawan seperjuangan. Mereka yang dengan sabar menanti bus yang sama demi mencapai destinasi serupa, mereka yang selalu menyerukan semangat ketika bertemu di tanjakan yang sama. Teman baru yang kita temui di tempat baru ini, anehnya, sebagian besar justru akan bertahan lama. Walau jarang bertemu muka kalian akan tetap saling terhubung lewat jejaring media sosial. Cerita tentang perjalanan yang sudah dilewati bersama boleh sudah berlalu lama, tapi kedekatan dan kehangatan kalian tidak akan mudah terlupa. Pun kita bisa berbagi referensi tempat asyik diseluh penjuru negeri.

6. Saat ini sudah banyak media yang memudahkan kita mencari kawan sesama pejalan dan membantu merekomendasikan destinasi. Apa yang masih membuat kita menahan diri dari kemolekan karunia Tuhan yang sudah jelas melambaikan pesonanya untuk kita?

     Enggan berjalan hanya karena kurang informasi seharusnya sudah bukan lagi jadi alasan kita. Saat ini berbagai kemudahan telah tersedia untuk digunakan, contohnya dengan kehadiran forum bagi para pejalan yang ingin saling berbagi info, username instagram, blog para traveller dan masih banyak lagi. jalan2.com bisa kita jajal jika ingin menemukan informasi soal destinasi yang selama ini menggoda hati. Di dalamnya kita bisa join ke jalan2.com forum  yang juga diikuti oleh banyak penggiat jalan-jalan lainnya. Di sini kita bisa bertukar informasi. Destinasi mana yang layak dikunjungi, apa yang harus disiapkan sebelum pergi, sampai settling agreement soal sharing biaya trip dan penginapan. Untuk kita yang belum ingin (atau belum punya biaya) untuk jalan-jalan pun forum ini layak diikuti. Para pejalan juga banyak berbagi soal pengalaman perjalanan mereka di sini.

Racun sedikit, demi membuat kakimu gatal ingin segera pergi.


7. Saat nanti sudah disibukkan oleh urusan pekerjaan, kebutuhan anak, istri, maupun suami — kita akan bersyukur jika telah mengangkat ransel jauh-jauh hari. Pengalaman dari perjalanan membuat kita jadi pribadi yang memiliki cara lain untuk mensyukuri karunia Tuhan

     Alam menyimpan kekuatan luar biasa yang seringkali membuat para penikmatnya berdecak kagum bahkan tak jarang menitikkan air mata karena rasa tersebut. Jika tak percaya, coba kita tanyakan pada pendaki gunung bagaimana perasaan mereka saat berhasil menyentuh puncak gunung. Rasa kagum pada ciptaan Tuhan serta rasa syukur tak berkesudahan pasti dirasakan. Semakin sering kita bersinggungan langsung dengan alam maka akan semakin besar pula rasa syukur kita pada sang Ilahi. Di usia kita yang juga makin dewasa hal ini penting untuk membentuk pribadi yang tak pernah lupa bersyukur.
Travelling di usia 20-an jelas bukan merupakan keharusan bagi kita untuk dilakukan. Selain itu travelling juga bukan barang murah yang bisa dengan mudah di dapatkan. Namun perjalanan akan mengajarkan banyak hal untuk kita meskipun hal tersebut tidaklah bisa langsung kita rasakan. Tapi banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari setip perjalanan. Kita akan sangat bersyukur kepada Tuhan karena sudah diberikan nikmat hidup. So, masih enggan untuk travelling?
“Travel is the only thing you buy. That makes you richer”



Lumayan saya keliatan sedikit pintar kalau ngeposting kayak beginian


Sekian

Terimakasih



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rindu: Wijaya

Dream Job

Momiji Kairou: Mapple Corridor