Nebula

Nebula : pendaki introvert
         Sebenarnya saya mau cerita tentang perjalanan saya mendaki gunung Prau kemarin tanggal 28-29 April 2018. Dari sekian gunung yang pernah saya daki, untuk pertama kalinya saya bersama teman-teman saya. Biasanya saya selalu mendaki gunung bersama keluarga saya. Kenapa judulnya 'Nebula'? Karena nebula memiliki arti yaitu sekumpulan gas dan debu. Jadi anggep aja saya dan teman-teman saya adalah sekumpulan debu dan gas di semesta ini. Waks. Oke sebenarnya wacana naik gunung sudah lama digembor-gemborkan, tapi baru terealisasi pada tanggal tersebut. Orang-orang yang ikut dalam perjalanan ini adalah Mawarni alias Mawar, Nabila alias Ila, Zulharman alias Mamen, Ichsan alias Ichsan, Hendra alias Hendro, Althof alias Altop, dan saya sendiri. 
     Perjalanan dimulai pukul 06.00 WIB. Pukul tersebut kami berangkat dari kontrakan Ichsan menuju basecamp pendakian Patak Banteng. FYI, gunung Prau itu terletak di kawasan dataran tinggi Dieng, jadi perjalanan yang dibutuhkan dari Jogja sampai basecamp sekitar 4 jam naik motor. Anak cowok betugas buat nebengin anak cewek. Formasinya adalah Hendro sama Ila soalnya Hendro lagi pdkt sama Ila. Lalu Altop sama Mawar soalnya mereka sama-sama dari Biologi, jadi udah chingu gitu deh. Ichsan sama saya soalnya saya adalah anaknya Ichsan dan Ichsan adalah ayah saya. Ya begitu. Lalu bagaimana dengan Mamen? Mamen sendirian. Kenapa? Karena motornya nggak kuat buat boncengan. Ya baik. 
     Perjalanan awal baik-baik saja, kami bernyanyi sepanjang perjalanan. Nyanyi? Nggak ding. Itu saya doang, kalau yang lain nggak tau deh mereka ngapain. Setelah sampai di daerah Temanggung, ban motor yang Ichsan dan saya tumpangi bocor. Oh man! Ya oke kami akhirnya berhenti dulu buat tambal ban. Sekalian kami sarapan di warung deket tambal ban. Setelah setengah jam, akhirnya motor beres, perut kenyang. Kami kembali melanjutkan perjalanan. Dan jalannya udah mulai nggak santai, jalannya naik turun naik turun kayak lagu asal Sulawesi. 
Selesai tambal ban
     Beberapa kali Mawar, Ila, dan saya turun dari motor karena motornya nggak kuat naik. Yaudah kami jalan dan yang cowok tetep naik motor. Anggep aja pemanasan sebelum mendaki gunung. Mantap nggak? Nggak B aja. Oke. Nah setelah beberapa jam melalui jalanan yang naik turun dan berbatu, sampailah kami di basecamp. Penuh banget coy. Crowded to the max. Untuk pertama kalinya saya mengalami syok akibat penuhnya basecamp. Alay. Tapi beneran, sebelumnya saya pernah naik Ungaran via Camp Mawar, Merapi jalur Selo dan Sapuangin, Merbabu beberapa kali via jalur Selo, Lawu via Cemoro Sewu, Sumbing via Garung Baru, Sindoro via Klednung. Semuanya nggak ada yang seramai Patak Banteng ini. Oh My Gosh! Kami beristirahat sebentar dan membeli nasi di basecamp. Kemudian kami mulai mendaki pukul 11.00 WIB.
     Baru saja memulai pendakian, kami disambut anak tangga yang so fucking melelahkan. Gila coy. Banyak banget anak tangganya, mirip Lawu. Setelah itu jalur batu-batu yang miring banget kayak tanjakan. Jalur ini mirip jalurnya Sumbing dari basecamp ke pos 1. Di Prau ini, jalur kayak gitu juga sampai pos 1. Kemudian kami beristirahat sebentar di pos 1. Setelah itu melanjutkan perjalanan kami. Dari pos 1 ke pos 1, jalurnya udah mulai tanah. Suka nih saya sama jalur tanah. Nggak capek, walaupun agak licin, karena habis hujan. Sepanjang perjalanan kami chill ae coy. Jalan santai, menikmati kabut. Tau-tau udah sampai pos 2. Kami berhenti untuk sholat sambil ngobrol thoughtful kalo kata Ichsan yang mana dia mengutip perkataan Irzan. Siapakah Irzan? Udah kalian nggak usah tau. 
     Setelah sholat kami melanjutkan perjalanan ke pos 3, masih tetap dengan chill sepanjang perjalanan. Jalan santai disertai bersendagurau. Di tengah-tengah perjalanan menuju pos 3, turun hujan lokal yang lumayan deres dan kalau nggak pakai jas hujan bakalan basah, akhirnya kami pakai jas hujan deh. 
Dari depan ke belakang (Hendro, Ila, Mawar, Saya)


     Tak lama, sampailah kami di pos 3. You guys should to know, pos 3 itu letaknya di tempat yang nggak miring. Dia letaknya di tanjakan. Hadeh, yaudah deh sebagian dari kami lanjut jalan, lalu istirahat cukup lama di salah satu tempat datar. Lagi-lagi, kami ngobrol thoughtful sambil bersilaturahmi antar pendaki yang lewat. Saking lamanya kami ngobrol, sampai ada mas-mas yang bertanya seperti ini, 
"Mas, mbak, ini udah mau turun ya?"
"Belum mas, kami baru mau naik." Jawab kami serentak
"Loh saya kira udah mau turun, soalnya saya perhatikan ngobrolnya lama banget."
"Iya mas, soalnya kami gemar mengobrol." 
     Setelah mendapat teguran yang berharga tersebut akhirnya kami melanjutkan perjalanan. Dan ternyata, nggak sampai sejam, kami udah sampai puncak. Yeay! Seperti pendakian pada umumnya, kami nyari tempat datar untuk didirikan tenda. Mendirikan tenda pun kami rusuh banget ya Rabb. Untung tendanya jadi. Kami mendirikan dua tenda, satu tenda cowok dan satu tenda cewek. Setelah itu kami masuk tenda masing-masing dan beristirahat.
 Proses rusuh dalam mendirikan tenda 


Malemnya, kita semua kelaperan dan kompor nggak bisa nyala. Mantap bukan? Untung kami sudah berinisiatif beli nasi mateng di basecamp. Lauknya? Ichsan sang real, MVP membawa beberapa kaleng ikan tuna. Alhamdulillah kenyang dan punya energi untuk membully Mamen. Setelah kenyang, kami main Uno bareng dan curhat thoughtful. Terus tidur deh sampai subuh. Pas subuh dan keluar tenda, kami disambut langit fajar yang super cantik. Garis-garis horison tampak jelas. Gunung Sumbing, Sindoro, Merapi, Merbabu, Andong, Telomoyo dapat kami lihat dengan jelas. Persis seperti logo aqua. Semakin pagi, pemandangannya semakin epic. Warna oranye langit keemasan membuat kami takjub. That was beautiful day!

Sunrise di Puncak Prau
Kami nikmati momen itu, duduk sambil ngobrol thoughtful. Sesekali kami memotret momen-momen tersebut. Sampai matahari berhasil menempati singgasananya. 

Mirip logo aqua kan? 
Kami menikmati momen itu sampai kami bosen pokoknya. Setelah itu kami re-packing dan turun. Yeay! Sebenernya saya mau ceritain juga bagian turun, di basecamp, lalu sampai di Jogja, cuma nanti aja lah ya kapan-kapan. See you! xoxo.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rindu: Wijaya

Dream Job

Momiji Kairou: Mapple Corridor