Ritual pulang kampung saat Idul Fitri salah satunya adalah berkunjung ke tempat pengasuh saya dulu. Lebih tepatnya pengasuh saya dan adik saya. Tapi rasanya saya sedikit tidak sreg dengan kata "pengasuh," karena saya merasa mereka lebih dari itu. Seperti kakek nenek saya, bahkan lebih dari itu. Dulu, saat saya dan adik saya kecil, bapak dan ibu bekerja full time di perusahaan. Dari saya bayi sampai adik saya lahir, bahkan sampai kami resmi lulus dari mereka, kami tetap selalu main ke tempat mereka. Menginap saat libur, makan bersama, Ramadan bersama, bahkan kami dekat sekali dengan keluarga kakek nenek tersebut (untuk selanjutnya mari kita sebut Pak Manto dan Mbok Ti). Saya dan adik saya tumbuh dan beranjak dewasa dengan kehadiran Pak Manto dan Mbok Ti. Rasanya cukup. Tidak perlu apa pun. Barangkali itu yang membuat saya setiap kali berkunjung ke rumah mereka selalu menangis sesudahnya. Ada rasa sayang yang teramat besar, bahkan tidak ada kata yang cukup untuk menggambarkanny...
Memaknai "Dream Job" dan how to get there Akhir-akhir ini, tulisan di blog ini rasanya cukup serius, ya? Hehe. Tapi kali ini, saya ingin bercerita ringan soal sebuah "trigger" dari postingan dari instagram @fellexandro yang saya lihat pagi tadi—tentang dream job yang sangat sesuai dengan pemikiran saya. Topik ini mungkin sudah sering terdengar, tapi menurut saya tetap relevan untuk kita renungkan. Bicara tentang Dream Job Sebagian dari kita mungkin sudah menemukan dream job , sementara yang lain masih mencari. Dan itu normal—setiap orang punya jalannya masing-masing. Yang ingin saya bahas di sini adalah apa yang terjadi ketika harapan kita untuk langsung masuk ke dream job setelah lulus sekolah tidak berjalan sesuai rencana. Bagaimana kita menyikapi kegagalan itu? Well, hidup terus berjalan, dan di sini kita punya pilihan. Mungkin banyak di luar sana yang, seperti saya, memilih "kerja dulu yang ada." Melakukan yang terbaik, meski belum sepenuhnya sesuai ...
Tulisan ini akan sedikit lebih panjang dan saya modenya serius (wkwkwk), jadi siap-siap ya! Ada banyak sekali hal di dunia ini yang mungkin tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Ada banyak sekali hal di dunia ini yang tidak pernah kita bayangkan, malah kejadian. Tapi, kita tidak memiliki kontrol akan hal-hal tersebut. Yang jelas under control kita adalah diri kita sendiri. Adalah benar ketika kita berusaha tapi sometimes tetap tidak terjadi. Menurut kita, kita sudah berusaha semaksimal mungkin tapi kemudian ternyata Tuhan melihat itu justru ke depannya tidak baik untuk kita, maka diberilah hal lain yang menurut Tuhan jauh lebih baik untuk kita. Tentu saja untuk kita itu adalah hal yang menyebalkan, bahkan fase accepting juga bermacam-macam, tapi itu manusiawi. Normal. Questioning apa yang sebetulnya sedang terjadi dan apa yang sedang kita alami, itu normal. Apalagi respon emosi kita, sangat wajar. Sedih, senang, kecewa, takut, dst adalah hal yang benar. Bedanya adalah bagaimana ...
Komentar
Posting Komentar