Angkot-holic


Di Indonesia siapa yang tidak kenal angkot? Saya rasa hampir semua masyarakat kenal angkot. Begitupun dengan saya. Saya sudah akrab dengan dunia per-angkot-an dalam negeri dan luar negeri sejak saya masuk SMP. *tsahhh* Saya adalah jenis spesies manusia yang tidak gaul. Kenapa begitu? Karena saya adalah manusia yang cukup tidak berani mengendarai motor sendiri, sehingga saya harus mengakrabkan diri saya dengan angkot. Selain angkot, alternatif transportasi yang sering saya pakai adalah kaki saya sendiri. Alasannya klise. Begitulah. Eh tapi jangan salah, Rasulullah SAW bahkan suka sekali berjalan kaki.
Nah saya akan bercerita sedikit tentang dunia per-angkot-an yang telah saya lalui. Saya dididik oleh orang tua saya untuk selalu mandiri, jadi saya hampir tidak pernah diantar ke sekolah. Saya selalu naik angkot kalau temen saya yang namanya ***** gabisa jemput saya huhh. Walau telat sekalipun. Dan saya sering telat, tapi atas berkat rahmat Allah dan satpam sekolah saya yang baik hati, saya selalu bisa masuk sekolah. Terima kasih mas didik dan Pak Budi, saya sekarang belum berubah dan saya masih suka telat. Hiks.
Dalam dunia per-angkot-an, ngetem adalah hal biasa. Jadi itulah salah satu alasan saya sering telat datang ke sekolah *ngeles*Saya suka kesal sendiri kalau angkot yang saya naiki ngetem. Bagaimana tidak? Dengan waktu yang dihabiskan untuk ngetem, kalau saya hitung cukup untuk saya sholat, makan siang, baca buku, dan ngisi TTS. Ngetem adalah waktu delay yang sangat merugikan. Menurut mata kuliah manajemen operasi, delay adalah sesuatu yang harus diminimasi bahkan dimusnahkan *tsahh* Nah sepanjang pengalaman tentang dunia per-angkot-an, saya mendapatkan beberapa cara untuk membuat abang sopir angkot risih dan segera mengakhiri ngetemnya itu. Saya mendapatkan cara-cara ini dari pengamatan yang telah saya lakukan lebih kurang enam tahun. Objek pengamatan saya ini tidak lain dan tidak bukan adalah penumpang angkot selain saya.
Para angkot-holic yang sering menjadi korban hobi abang angkot boleh mencoba cara-cara yang telah saya lakukan ini. Kalau angkot sudah ngetem dan abang angkot berprinsip “tidak akan jalan sebelum angkot penuh..” maka cobalah untuk mengetukan kaki ke lantai angkot dengan cepat dan dilakukan secara berkala. Sesekali lihatlah spion angkot, karena intensitas untuk bertatap muka abang angkot di spion lebih sering terjadi. Kalau sudah begitu, biasanya abang angkot akan risih dan akan melanjutkan perjalanan.
Cara selanjutnya adalah dengan bergumam. Bergumamnya biasa saja tapi, jangan berlebihan. Berlebihan dalam arti adalah marah-marah ke abang angkot. Jadi kita cukup bergumam biasa saja. Biasanya kalau melihat penumpangnya bergumam terus menerus, abang angkot akan merasa tidak enak terhadap penumpangnya dan akan segera menyalakan mesin angkot lalu melanjutkan perjalanan. Kalau mau lebih sukses, anda bisa menjadi komando penumpang lain untuk bergumam. Saya yakin penumpang lain pasti akan mengiyakan ajakan anda karena mereka juga tidak suka kalau angkot yang mereka tumpangi ngetem.
Kalau cara tersebut belum dapat menyentuh hati abang angkot, saya masih punya cara lain. Cara ini sedikit menimbulkan risiko yang berupa omelan abang angkot dan mungkin kebencian dari para abang angkot yang lain. Cara ini adalah mengancam abang angkot. Langkahnya yang pertama, tanyakan kepada abang angkot kapan kira-kira angkotnya jalan lagi. Kalau abangnya mulai risih dan memulai perjalanan lagi, maka langkahnya cukup sampai disitu. Tapi kalau abang angkotnya masih belum memberi kepastian, maka langkah tersebut hanya permulaan. Langkah selanjutnya adalah mengancam. Tapi saya sarankan jangan terlalu menggunakan kalimat-kalimat nekat seperti,
                “Bang, kalau nggak buruan jalan, saya cekik abang..”
Atau
                “Bang, kalau nggak buruan jalan, saya bakar angkot abang..”
Itu akan membuat abang angkot naik darah dan malah duluan mencekik anda. Saya sarankan menggunakan kalimat yang biasa saja, begini misalnya,
                “Bang, kalau nggak buruan jalan saya turun sini saja dan saya nggak mau bayar ya, kan belum sampai tujuan..”

Itu saya rasa lebih sopan dan pernah saya coba. Walaupun tidak berhasil dan saya kena omel abang angkot. Anda tidak perlu takut untuk mencari angkot yang lain. Pasti ada angkot. Meskipun harus nunggu sampai malem. Huks. Pokonya, sebagai angkoters dan angkot-holic yang memperhatikan pelayanan konsumen, anda harus bisa tegas terhadap abang angkot. Apalagi kalau abang angkot ngetemnya tidak tahu waktu. Lima jam ngetem. Itu membuat gila. Selain itu, biasanya abang angkot mengatakan kalau bayaran kita kurang, padahal bayarannya biasanya segitu. Ini melanggar undang-undang angkoters dan angkot-holic. Kita harus menegakkan keadilan per-angkot-an Indonesia. Selamat mencoba wahai para angkoters dan angkot-holic.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rindu: Wijaya

Dream Job

Momiji Kairou: Mapple Corridor