Avicenna 2



Saya datang kembali ke dunia blog setelah saya lama di kahyangan *alah*. Saya mau melanjutkan nih, beberapa hari lalu kan saya sempat menulis yang bagian satu, nah saya mau menyelesaikan yang bagian dua. Kali ini saya fokuskan pada pembahasan BKK(Biro Khusus Kaderisasi). Langsung saja,
hayoo saya yang mana? 

di foto ini nggak ada saya lho ya..

Pertama adalah ketua BKK, Norma Dwi Septian, Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian angkatan 2013. Mba Norma ini mungkin jelmaan dari bidadari, soalnya mba Norma ini sangat baik. Saya gagal paham kenapa ada orang yang sebaik mba Norma ini di zaman modern ini. Saya sejujurnya tidak terlalu akrab dengan mba Norma, tapi saya cukup mengenal beliau. Sejauh saya mengenal beliau yang dapat saya simpulkan adalah mba Norma baik, sabar, pengertian, tidak banyak tuntutan, dan disiplin. Saya belum pernah melihat mba Norma marah atau mengeluh. Yang saya sering dengar dari beliau adalah,

“Iya nanti Wid aku coba, semoga amanah ya…”
“Iya Wid, gapapa jam 7 aja, nanti mba tungguin kamu di masjid..”
“Oalah, yasudah Wid, nanti coba mba yang buat ya..”



Seperti itu kira-kira kalimat yang sering saya dengar dari mba Norma. Oiya, mba Norma ini juga dikaruniai wajah yang imut, sehingga beliau terlihat lebih muda dari usianya. Huks. Saya jadi minder. Intinya, mba Norma adalah kakak yang mengayomi adik-adiknya. I love you mba.
                Kedua adalah Devina Fitri Nikasari, Teknologi Industri Pertanian angkatan 2014. Devina adalah manusia yang berasal dari planet lain. Planet ini terletak di dekat Jakarta. Beberapa tahun belakangan katanya kota asal Devina ini sudah keluar dari tata surya kita. Tapi, bukan Pluto, bukan. Coba tebak saja ya. Ini Cuma bercanda kok. Nggak serius, tapi saya serius nyuruh nebak ya. Devina ini sangat random. Tapi tidak lebih random dari saya. Cuma beda sedikit. Saya sering kali memiliki perbincangan tidak penting dengan Devina. Selain itu saya juga sering tidak nyambung kalau ngobrol dengan Devina. Ada beberapa kutipan obrolan kami di chat, begini,
    Saya : Dev, aku pulang ya....
(Kondisinya Devina mau ketemu saya untuk membicarakan suatu hal tapi dia malah pergi entah kemana dan membuat saya menunggu berabad-abad *alay*)
                Dev : Tanpa dendam?
                Saya : Dev, kamu sehat? -_-
                Dev : Aku di lorong TIK, kalau kesini hati-hati Wid.
                Saya : Kan aku mau pulang.
                Dev : emang aku nggak di masjid dari tadi.
                Saya : #$%^&*()
Ya Allah saya sedih dan bingung, kok bisa saya punya teman begini ya. Kalau ngobrol sama saya nggak pernah nyambung. Huks. *lalu ngaca*. Oh ternyata se-frekuensi dengan saya. Tapi, se-gak-nyambung-nya saya sama Devina, saya tetap menganggap Devina teman baik saya. Soalnya dia baik sama saya(?) *sruuuut, ceritanya terharu*. Devina adalah orang yang selama ia hidup belum pernah merasakan nikmatnya cabai. Saya tidak tahu kenapa dia tidak suka cabai, tapi yang jelas, saya putuskan Devina adalah orang yang rugi karena tidak pernah merasakan enaknya cabai.

Ketiga adalah Khansa Roidati Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian angkatan  2014. Ocha adalah orang yang sering menjadi korban keanehan kalimat-kalimat saya saat saya terjun dalam dunia social media. Ocha sering berpikir bahwa saya sedang marah dengan dia, padahal saya biasa saja. Huks. Kata Ocha, hal ini disebabkan oleh kalimat chat saya yang datar sedatar tembok besar China dan saya jarang menggunakan emoticon seperti remaja pada umumnya. Saya sering merasa bersalah kalau kalimat chat saya membuat Ocha salah paham. Ocha juga merupakan salah satu orang sabar versi saya. Ocha adalah manusia yang berasal dari spesies ‘ngapak’. Jadi bahasa indonesianya lucu. Agak aneh tapi bagus. *saya bingung sendiri*. Ocha banyak berperan dalam skill saya di dunia per-kalkulator-an. Kenapa? Karena Ocha lah yang mengajari saya menggunakan kalkulator ilmiah secara bijak dan cerdas. Ocha lah yang mngajari saya cara mencari standar deviasi, regresi, rata-rata, dan yang lainnya secara cepat dengan kalkulator ilmiah. Sungguh saya manusia yang kudet dan kurang cerdas, bahkan dalam hal penggunaan kalkulator sekalipun saya lemah.

  Keempat adalah Elita Yeliani Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian angkatan 2014. Elita adalah orang yang setia menemani saya untuk makan di Burjo. Kalau kalian mahasiswa pasti tahu apa itu Burjo. Hehe. Kebetulan kos kami berdekatan, jadi kami sering jalan kaki bersama kalau kami berangkat ke kampus atau pulang dari kampus. Nah biasanya kalau kami rapat sampai malam, kami mampir untuk makan malam. Biasanya juga, tempat yang kami pilih adalah burjo. Soalnya, murah dan mudah dijangkau oleh mahasiswa yang berjalan kaki. Menu yang kami pilih juga selalu sama, yaitu NasTel alias nasi telur yang berharga Rp6000,00. Walaupun kami tidak sangat akrab, tapi saya sudah mengenal Elita  dengan baik, dan sejauh ini dia termasuk teman yang sabar dalam mengadapi tingka pola saya. Oiya, elita ini dulu satu SMA dengan Ocha, sehingga you-know-them-so-well-kan, berarti elita juga merupakan spesies ‘ngapak’. Peace.

 Kelima adalah Lutviani Irvin Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian angkatan 2014. Irvin adalah orang yang saya takuti, saya tidak tahu kenapa, yang jelas saya selalu takut kalau Irvin marah. Huks. Saya ini cemen ya. Iya. Oke lanjut, Irvin adalah orang yang memiliki gaya bicara yang sedikit keras menurut saya, jadi saya agak takut kalau ngobrol sama dia. Jadi kalau dia sudah mengeluarkan komando, saya cuma bisa bilang “iya…” tidak ada yang lain. Huks. Tapi dibalik keseremannya ini, Irvin selalu mengingatkan saya kalau saya sudah mulai keluar dari jalan yang lurus. Terima kasi Irv. Irvin itu sudah istri-able banget kalau kata saya.

  Keenam adalah Faihakul Hikam Teknik Pertanian dan Biosistem angkatan 2014. Jujur saya sangat tidak akrab dengan Hikam. Cuma dulu saya pernah satu kepanitiaan dengan dia, jadi saya tahu sedikit tentang dia. Hikam adalah mahasiswa yang sibuk di luar kampus, sama seperti mas Ikhwan. Sudah itu saja yang saya tahu. Huks. Kok bisa ya saya satu organisasi dengan dia tapi tidak mengenal dia dengan baik? Soalnya frekuensi saya bertemu dengan dia sangat sedikit. Makanya Hikam, kalau ada rapat berangkat atuh, biar saya bisa nulis bagian kamunya agak banyak *naon*.

    Ketujuh adalah Ahmad Saifullah, Teknik Pertanian dan Biosistem angkatan 2014. Saif adalah pembully yang ulung. Entah dia mendapatkan ide dari mana, yang jelas bahan bully-annya selalu bisa diteruskan oleh orang lain. Huks. Dan saya adalah salah satu objek bully-an favoritnya. Saif yang berambut gondrong dan lebih gondrong dari poni kuda ini orangnya sangat random. Sampai saya tidak bisa mendiskripsikan ke-random-an yang dia miliki. Saya beritahu saja ya, dia lebih random dari saya. Hidupnya sepertinya juga lebih ruwet daripada hidup saya. Saif selalu merendah kalau IP nya tidak pernah tinggi. Tapi saya tidak percaya, kalau kata saya, pasti IP nya lebih tinggi dari pohon cabai *alah, naon ini teh..* pokoknya pasti IP nya sebenarnya bagus, tapi dia merendah deh ya. Nah, Saif ini adalah pencetus kalimat bully-an yang sepertinya dibuat kusus untuk saya *emangsukageersayatuh*, yaitu,

                “Kami bangga padamu Wid…”
                “Indonesia bisa apa tanpa kamu..”
                “Widha memang generasi emas Indonesia..”

Ya begitulah kira-kira, dan saya tau kalau itu ungkapan satire. Huks. Nih ya saya kasih tau, kalau Saif sudah beraksi menggunakan kalimat tersebut, maka dalam hitungan detik akan muncul oknum-oknum baru yang turut meramaikan dunia per-bully-an yang saya alami. Bahkan adik tingkat pun ikut mem-bully saya. Huks. Dan kalau aksi mereka sudah berjalan, maka akan sulit dihentikan sebelum sesepuh datang untuk membela kebenaran. Kebayang kan tersiksanya saya dan bagaimana mahirnya Saif menyusun taktik pem-bully-an serta teknik komando bullying yang luar biasa keren? Teknik yang ia gunakan sangat rapih dan peluang berhasilnya hampir menyentuh angka 97.08 %. Mengagumkan. *apaini* Tapi, saya seharusnya berterimakasih kepada Saif, karena berkat aksinya tersebut, saya menjadi dikenal banyak orang. Walaupun dikenalnya karena bully-able, tapi tidak apa-apa, at least itu namanya terkenal kan? Iya. Oiya, karena katanya IP nya yang tidak pernah tinggi (meskipun saya belum percaya akan hal ini), mari kita doakan supaya dia cumlaude pada semester ini, kalau tidak cumlaude ya paling tidak naik lah ya. Aamiin.

  Taraaaaaa….bagian dua sudah selesai. Tunggu bagian tiga dan selanjutnya ya. *krik krik* Salam dari cewe manis. *hueks* 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rindu: Wijaya

Dream Job

Momiji Kairou: Mapple Corridor