Avicenna 1
Saat ini saya
diamanahi sebagai sekretaris di organisasi di fakultas saya. Pasti kalian
tidak menyangka ya. Sama kok, saya juga. Saya masih ingat saat pergantian
ketua, batin saya sedikit bergejolak karena hasilnya tidak sesuai hati saya. Saat semua
sudah resmi, maka dipilihlah para pengisi kepengurusan yang baru. Ketua departemen
beserta jajaran staf lain dipilih. Saya saat itu dilobi oleh salah satu teman
saya yang menjadi dewan formatur. Kebetulan sebelum teman saya melobi saya, ada
dewan formatur organisasi lain yang melobi saya. Sama. Semua ingin saya menjadi
sekretaris. Saya bingung kenapa saya dipilih jadi sekretaris. Sampai sekarang
pertanyaan tersebut belum terjawab. Kemudian saya diberi waktu satu malam untuk
memikirkannya. Bagaimana tidak bingung, saya ingin berkontribusi di kedua
organisasi itu. Tapi saya sekarang harus lebih memberatkan salah satu
organisasi. Dan saya pun memilih lembaga organisasi ini, karena saya pikir saya
akan menjadi pribadi yang lebih baik dan mendapatkan banyak ilmu. Pun saya telah dibuat kagum dengan kepemimpinan ketua dan jajaran staf sebelumnya.
Dan sekarang saya beserta teman-teman lain sudah melewati setengah tahun
kepengurusan kami. Rasanya? Menggantung. Saya tidak senang, tidak pula bahagia.
Saya hanya merasa selama ini saya belum maksimal dan niat saya belum lurus. Terlepas
itu semua, saya akan menceritakan satu per satu pengurus harian yang saat ini adalah keluarga yang selalu membimbing saya menjadi lebih baik
lagi di dunia perkuliahan yang semakin hari semakin berat saja ini.
Yang pertama,
ketua, Ikhwan Setiadi, departemen Teknik Pertanian dan Biosistem angkatan 2013.
Mas Ikhwan ini adalah orang yang paling saya takuti, saya tidak tahu kenapa
saya takut, yang jelas saya takut mencari gara-gara dengan dia. Jam terbangnya
di kampus sedikit karena katanya mas Ikhwan ini juga takmir di salah satu
masjid di Jogja. Karakternya, ini menurut versi saya, penuh rahasia, introvert visioner, sedikit galak dan
tidak ramah. Ini menurut versi saya. Tolong jangan demo saya. Huks. Intinya saya
berharap saya tidak lagi takut dengan mas Ikhwan karena dia ini juga manusia
biasa seperti saya, dia bukan makhluk ghaib atau apapun. Yang membedakan kami
adalah jenis kelamin, saya perempuan, beliau laki-laki.
Yang kedua,
Sekretaris Jenderal, Dimas Haris Rifai departemen Teknik Pertanian dan
Biosistem angkatan 2013. Mas Haris ini adalah orang yang sangat random. Padahal
saat saya belum kenal saya merasa mas Haris adalah orang yang pendiam dan
garing kaya kerupuk. Ternyata. Semua itu adalah mitos. Mas Haris sangat
abstrak, random, ‘gila’, dan seperti
manusia kocak pada umumnya. Dia ini adalah Sekjend, tapi percayalah, mas Haris
sama sekali tidak paham mengenai proposal, laporan pertanggung jawaban, dan
surat-menyurat. Jadi ketika ada prokernya yang berjalan, maka sayalah yang
membuat segala macam persyaratan pengajuan dana dan peminjaman tempat. Saya memiliki
hipotesis bahwa mas Haris adalah orang yang berhobi mendaki gunung, lewati
lembah. Ah bukan, maksudnya mendaki gunung saja. Hal ini dikarenakan saya
melihat banyak foto di instagramnya saat dia naik gunung. Ini hipotesis saya dan sampai saat ini saya
belum mendapatkan kejelasan dari hipotesis saya ini.
Yang ketiga, bendahara,
Aulia Fasya Baehaqi departemen Teknologi
Industri Pertanian 2014. Fasya adalah salah satu teman baik saya di kampus. Fasya
adalah orang yang sangat sabar dalam mengahadapi segalam macam cobaan yang saya
berikan kepada dia. Fasya ini adalah sukarelawan yang sering mengantar dan
menjemput saya. Huks. Dia punya suara cempreng yang khas. Suaranya ini lebih
populer daripada suara ‘Tahu bulat,
digoreng dadakan, lima ratusan..’. Fasya adalah bendahara yang tidak pernah
marah. Dia selalu sabar dalam menghadapi kepelitan PH lain saat mereka harus
membayar kas. Hidupnya sangat teratur. Dia selalu tidur malam maksimal pukul Sembilan
malam. Sangat berbeda dengan hidup saya yang sangat ruwet, lebih ruwet dari
kemacetan Jakarta. Oiya, Fasya ini
juga adalah orang yang mengajarkan saya bagaimana saya harus hidup layaknya
manusia lainnya. Makan teratur, minum yoghurt teratur, tidur teratur, dan
santai.
Yang keempat,
Ketua departemen Pengembangan, Meiria Rosa Kusumawati departemen
Teknologi Industri Pertanian 2014. Mei adalah teman baik saya juga di kampus. Mei
adalah orang pertama yang selalu dapat memahami ke-ramdom-an dan ketidak sistematisan saya. Mei ini sangat sabar. Hampir
saya tidak pernah melihat dia marah. Dia selalu tegar dan dewasa, tidak seperti
saya yang masih kekanak-kanakan dan cengeng. Mei adalah orang yang selalu saya
curhatin masalah apapun. Dia selalu bisa memberikan jawaban-jawaban emasnya,
sampai kadang-kadang saya mikir kalau Mei ini keponakan Mario Teguh. Mei selalu
mengajarkan saya bagaimana arti hidup yang sesungguhnya dan bagaimana kita
seharusnya selalu mengingat Allah. Mei adalah satu-satunya orang yang tidak
tahu diri memaksa saya ikut banyak kajian. Huks. Tapi karena jasanya itu saya
menjadi sering mengikuti kajian dan mendapatkan banyak ilmu. Terima kasih
Meiros.
Yang kelima,
Ketua divisi Keterampilan di bawah departemen Pengembangan,
Samsifatun departemen Teknologi Industri Pertanian 2014. Samsi ini adalah profesor
bagi saya. Profesor yang menjadi teman baik saya dari kami maba hingga kami
sekarang hampir semester lima. Samsi adalah gadis yang cerdas dan murah hati. Samsi
tidak pernah protes saat saya mengacak-acak kamar kontrakannya ketika saya
memintanya untuk mengajari saya suatu materi kuliah. Samsi adalah salah satu
dari sekian banyak tentor saya di kampus. Maklum, saya ini tidak terlalu
pintar. Huks. Hidup samsi ini bagaikan TTS yang sering saya kerjakan di kelas. Hidup
samsi penuh dengan kejutan-kejutan menarik. Pada awal kenal samsi, samsi adalah
orang yang sangat pendiam. Tapi karena saya ini sangat cerewet dan melebihi
cerewetnya cici-cici yang jualan di tanah abang, saya selalu mengajaknya
mengobrol apapun, hingga sekarang sepertinya sudah bisa dirasakan efeknya. Samsi
tidak pendiam, dia bisa menjadi partner
ngobrol saya. Hore. Samsi ini juga adalah orang yang sangat sabar dalam
menghadapi saya. Dia kadang terlihat jengkel, tapi dia tetap berusaha tidak
marah kepada saya. Saya terharu. Huks.
Nah, lima dulu
ya saya memperkenalkannya. Jadi rencananya saya mau bagi menjadi 3 bagian biar
kaya novel dan bikin penasaran. Huks. Padahal ya enggak. Hiks. So, wait ya. Minggu depan saya tulis lagi. Eh besok
deh saya nulisnya. Atau kapan saja lah.
Komentar
Posting Komentar