Postingan

Menampilkan postingan dari 2024

Adikku

Aku punya satu adik laki-laki yang amat baik, Beth namanya Tapi aku, sering mengecewakannya, Dan mungkin akan selalu mengecewakannya, entah sampai kapan Saat aku menulis ini, aku baru saja berselisih paham dengannya Aku tahu dia kesal, karena mungkin memang aku menyebalkan di matanya Tapi andia kamu tahu, wahai adikku Betapa aku menyayangimu, dengan sepenuh hati Mungkin kasih sayangku tidak sempurna, Tapi aku yakin, kamu akan menyangka sebesar ini rasa sayangku kepadamu Aku sedih ketika kamu sedih Aku marah ketika kamu bercerita ada yang mengganggumu Aku marah ketika ada yang jahat padamu Aku bahagia ketika kamu bahagia Aku tidak ingin kamu merasakan semua kepahitan yang pernah aku rasakan Aku mengharapkan dunia lebih ramah kepada mu Adikku, Maafkan aku yang jauh dari kata sempurna Kata orang, Tuhan menciptakan pohon di hari Senin Tahukah, meskipun pohon bukan sumber utama oksigen di Bumi, Tapi pohon berperan penting untuk kehidupan Pohon bisa menjadi penghambat banjir, bisa untuk bert...
hari ini, tidak ada lagi yang bisa aku harapkan kecuali Tuhan kepada-Nya aku meminta supaya hujan lekas reda lalu matahari terik bercahaya supaya pelangi menghiasi angkasa aku, pada titik terpasrah dalam hidupku ini hanya bisa berdoa supaya Tuhan menunjukkan kuasa

Pakde G

Hari ini, pagi ini, lagi-lagi jantung saya seperti tidak pada tempatnya. Salah satu orang yang paling dekat dengan saya, yang sangat menyayangi saya (dan begitu pun saya, saya sangat menyayangi beliau), telah berpulang. Beliau adalah Pakde G. Saya dan Pakde G tidak pernah ada ikatan darah, kami bukan saudara dari pihak mana pun. Pakde G adalah anak dari Mbok Ti dan Pak Manto (ada tulisan saya di blog ini yang menceritakan mereka). Meskipun tidak ada ikatan darah, Pakde G sangat berkontribusi dalam hidup saya. Saya bisa merasakan kasih sayang yang tulus dari beliau untuk saya dan adik saya. Pakde G adalah seorang pekerja keras yang pernah merasakan berbagai macam profesi demi bertahan hidup dan menafkahi keluarganya. Mungkin secara ekonomi, beliau bukan orang yang sejahtera, tapi beliau punya rasa cukup. Beliau punya kebahagiaan dengan dirinya sendiri, dengan hidupnya. Bagi orang lain, mungkin Pakde G bukan siapa-siapa. Tapi bagi saya, Pakde G adalah salah satu dari "segalanya....

Kak Sasti dalam Bioteknologi dan Metabolomik

 Seperti biasa, saya ingin berbagi setelah melihat video, kali ini dari Kak Sasti Associate Professor di Osaka University. Baiklah, kita mulai saja ya. Pendidikan adalah kunci untuk membuka pintu-pintu kesempatan dan mengurangi keterbatasan. Bagi Kak Sasti, seorang ilmuwan bioteknologi dan metabolomik, pendidikan tinggi tidak hanya menjadi jalan untuk mendalami ilmu, tetapi juga menjadi cara untuk memperjuangkan hal-hal yang lebih besar—baik untuk dirinya sendiri maupun bagi Indonesia. Perjalanan Kak Sasti mencerminkan keteguhan, kerja keras, dan visi besar untuk membawa manfaat yang nyata bagi masyarakat. Saat banyak orang berusaha menjadi generalis, Kak Sasti memutuskan untuk mendalami satu bidang secara mendalam: metabolomik. Keputusannya melanjutkan studi hingga tingkat doktoral di Jepang adalah untuk menjadi seorang spesialis, bukan sekadar menambah titel, tetapi untuk mengasah keahlian dengan ketajaman luar biasa. Namun, perjalanan di dunia akademik bukan tanpa tantangan. Sel...

Riset dan Kolaborasi Global

Belakangan ini, saya terinspirasi oleh Kak Bagus Muljadi, seorang Associate Professor di University of Nottingham. Beliau adalah contoh nyata bagaimana riset dapat menjadi kontribusi nyata, tidak hanya untuk dunia akademik, tetapi juga untuk masyarakat dan bangsa. Gagasan beliau untuk menjadikan Indonesia kiblat riset global memberikan visi besar yang sangat relevan dengan tantangan dan peluang yang kita hadapi saat ini. Saya merasa sangat resonate dengan beliau karena pertama, minat kami sama, yaitu dalam dunia akademik, kemudian kami memiliki visi yang sama dalam bidang riset, dan yang beliau pelan-pelan lakukan tersebut juga yang ada di benak saya ketika seseorang menanyakan bagaimana saya akan berkontribusi untuk Indonesia (well, semoga Kak Bagus berkenan ya saya samakan dengan saya). Nah, yang membedakan adalah, perjalanan saya dan beliau berada di tahap yang berbeda. Jika Kak Bagus sudah di tahap implementasi, saya masih di tahap awal—belajar, menyerap, dan membangun pema...

Membumikan Riset

Pernahkah kalian berpikir kenapa sains dan riset tidak terlalu populer di Indonesia? Mungkin kita merasa riset itu hanya untuk kalangan akademisi, atau bahkan terasa jauh dari kehidupan sehari-hari. Nah mungkin itu karena sebagian besar riset yang dilakukan di Indonesia tampaknya kurang relevan dengan masalah yang dihadapi masyarakat. Sehingga membuat minat terhadap riset rendah. Lantas, apa yang menyebabkan hal ini terjadi? Salah satu alasan utama adalah kesenjangan antara akademisi dan masyarakat. Bahasa yang digunakan dalam riset sering kali terlalu teknis dan sulit dipahami oleh orang non-akademis. Tanpa adanya translasi yang jelas, masyarakat tidak tahu mengapa penelitian itu penting atau apa manfaatnya bagi kehidupan mereka. Ini menciptakan gap antara riset yang dilakukan di laboratorium dan kebutuhan nyata di lapangan (yang dihadapi oleh masyarakat). Selain itu, budaya berpikir saintifik di Indonesia masih terbilang lemah. Masyarakat sering kali mencari jawaban yang pasti—100% ...

Dream Job

Memaknai "Dream Job" dan how to get there Akhir-akhir ini, tulisan di blog ini rasanya cukup serius, ya? Hehe. Tapi kali ini, saya ingin bercerita ringan soal sebuah "trigger" dari postingan dari instagram @fellexandro yang saya lihat pagi tadi—tentang dream job yang sangat sesuai dengan pemikiran saya. Topik ini mungkin sudah sering terdengar, tapi menurut saya tetap relevan untuk kita renungkan. Bicara tentang Dream Job Sebagian dari kita mungkin sudah menemukan  dream job , sementara yang lain masih mencari. Dan itu normal—setiap orang punya jalannya masing-masing. Yang ingin saya bahas di sini adalah apa yang terjadi ketika harapan kita untuk langsung masuk ke dream job setelah lulus sekolah tidak berjalan sesuai rencana. Bagaimana kita menyikapi kegagalan itu? Well, hidup terus berjalan, dan di sini kita punya pilihan. Mungkin banyak di luar sana yang, seperti saya, memilih "kerja dulu yang ada." Melakukan yang terbaik, meski belum sepenuhnya sesuai ...

Badai

Tahun 2024 adalah tahun penuh tantangan bagi saya. Rasanya seperti terombang-ambing di tengah lautan tanpa kepastian, seolah-olah hidup ini tak bisa diprediksi—apakah akan selamat atau tenggelam. Dari awal tahun hingga kini, begitu banyak hal terjadi; namun, izinkan saya menceritakan beberapa kejadian yang paling membekas akhir-akhir ini. Hidup saya dipenuhi kejutan, dari yang menyenangkan hingga yang penuh duka. Agustus menjadi titik awal pergolakan besar dalam pekerjaan. Tim di tempat kerja berubah total ketika dua anggota resign, memaksa tim kami beradaptasi dengan komposisi baru. Dari yang sebelumnya terdiri dari 1 lead dan 6 orang yang menangani 9 direktorat, kini berubah menjadi 1 lead dan 4 orang yang harus menangani 10 direktorat. Ditambah lagi, hampir semua direktorat dalam proses transformasi organisasi, menghadirkan tantangan yang tak sedikit. Omelan dan caci maki sudah menjadi “sarapan” harian dari user yang kritis. Meski respons mereka di luar kendali saya, saya tetap beru...

Refleksi Diri: Sustainability dan Inspirasi dari SukkhaCitta

Pada hari Jumat lalu, 11 Oktober 2024, kami kembali mengadakan Hansei Time rutin di kantor. Hansei (反省) dalam bahasa Jepang berarti refleksi diri, dan setiap Jumat pagi, selama dua jam, kami menggunakan waktu ini untuk merenungkan langkah-langkah yang telah diambil serta merencanakan perbaikan ke depannya. Pada kesempatan kali ini, Hansei Time kami mengangkat tema yang sangat spesial dan sesuai dengan minat saya, yaitu Sustainability . Tema ini sangat menarik bagi saya karena sejak lama saya telah memiliki perhatian besar terhadap isu keberlanjutan dan pelestarian lingkungan. Untuk memperdalam diskusi tentang tema tersebut, kami menghadirkan dua pembicara hebat: Mba Denica Flesch, founder & CEO SukkhaCitta, dan Pak Azis Armand, VP Director & Group CEO Indika Energy. Keduanya berbagi cerita yang sangat inspiratif tentang bagaimana mereka mengarahkan usaha dan peran masing-masing dalam menjaga kelestarian Bumi. Meskipun kedua pembicara menarik perhatian saya dengan tekad dan komi...
Menyadari masih banyak sekali orang yang menyayangi manusia lain, berbagi, dan peduli, rasanya melegakan sekali Di tengah carut marut negeri ini, menyadari masih banyak manusia yang saling menyayangi sesamanya, sangatlah menghangatkan hati Semoga kita semua senantiasa bisa menjadi manusia yang benar, menjadi baik, menjadi peduli. Aamiin. Jangan lupa juga ya mendoakan Palestina ✨️

The five years journey

Hari ini saya berangkat ke kantor lebih pagi. Biasanya saya berangkat 07.25 karena memang hanya perlu 5 menit untuk perjalanannya, tapi hari ini saya berangkat pukul 07.17. Sebetulnya saya juga beberapa kali berangkat lebih pagi, hanya saja biasanya memang ada agenda atau perlu ke suatu tempat sehingga berangkat lebih pagi adalah keputusan yang bijak untuk tidak terjebak macetnya Jakarta. Hari ini, pukul 07.15 saya sudah bersiap mengambil ransel, memakai sepatu, dan mematikan lampu kamar. Kemudian pukul 07.17 saya keluar gerbang rumah. Langitnya tidak begitu biru, tapi menurut perkiraan cuaca tidak akan hujan hari ini. Saya tapaki jalanan yang biasa saya lalui, bedanya hari ini saya benar-benar rasakan langkah demi langkahnya. Saya resapi satu per satu. Saya perhatikan sekelilingnya, orang-orangnya, batu-batuan kecil, kabel-kabel di atas rumah, lubang selokan yang bentuknya nyaris tak beraturan, pepohonan, daun-daun, dahan-dahan yang berderak. Semua.  Sampai di kantor, kantor belum...

Momiji Kairou: Mapple Corridor

Tulisan ini akan sedikit lebih panjang dan saya modenya serius (wkwkwk), jadi siap-siap ya! Ada banyak sekali hal di dunia ini yang mungkin tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Ada banyak sekali hal di dunia ini yang tidak pernah kita bayangkan, malah kejadian. Tapi, kita tidak memiliki kontrol akan hal-hal tersebut. Yang jelas under control kita adalah diri kita sendiri.  Adalah benar ketika kita berusaha tapi sometimes tetap tidak terjadi. Menurut kita, kita sudah berusaha semaksimal mungkin tapi kemudian ternyata Tuhan melihat itu justru ke depannya tidak baik untuk kita, maka diberilah hal lain yang menurut Tuhan jauh lebih baik untuk kita. Tentu saja untuk kita itu adalah hal yang menyebalkan, bahkan fase accepting juga bermacam-macam, tapi itu manusiawi. Normal. Questioning apa yang sebetulnya sedang terjadi dan apa yang sedang kita alami, itu normal. Apalagi respon emosi kita, sangat wajar. Sedih, senang, kecewa, takut, dst adalah hal yang benar. Bedanya adalah bagaimana ...

K-POP di hidupku

Hari ini tiba-tiba saya ingin menceritakan journey K-Pop dalam hidup saya di blog ini. Sebenarnya nggak tiba-tiba banget, sih. Ada trigger-nya. Jadi, kemarin saya beruntung bisa datang ke konser tunggal Kyuhyun Super Junior, my first love in K-Pop industry. Tidak hanya itu, bahkan saya punya kesempatan untuk berada pada jarak sangat dekat dengannya. Sebuah hari yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya, apa lagi dulu saat saya masih kecil. Baiklah saya akan mulai bercerita, ya. Saya kenal K-Pop mungkin dari tahun 2008, saat saya masih di sekolah dasar. Tapi, sebetulnya saya sudah kenal lebih lama dengan K-drama karena influence dari kakak saya. Saya mulai nonton K-drama dari kelas 2 SD (if I'm not mistaken), dari era winter sonata, starway to heaven, full house, endless love, and soon. Long story short, di tahun 2008 saya tidak sengaja mendengarkan lagu Super Junior berulang-ulang dari radio, dan saya suka. Saya juga familiar dengan bahasanya. Kemudian setiap pagi, kakak saya men...

Rindu: Wijaya

Ritual pulang kampung saat Idul Fitri salah satunya adalah berkunjung ke tempat pengasuh saya dulu. Lebih tepatnya pengasuh saya dan adik saya. Tapi rasanya saya sedikit tidak sreg dengan kata "pengasuh," karena saya merasa mereka lebih dari itu. Seperti kakek nenek saya, bahkan lebih dari itu. Dulu, saat saya dan adik saya kecil, bapak dan ibu bekerja full time di perusahaan. Dari saya bayi sampai adik saya lahir, bahkan sampai kami resmi lulus dari mereka, kami tetap selalu main ke tempat mereka. Menginap saat libur, makan bersama, Ramadan bersama, bahkan kami dekat sekali dengan keluarga kakek nenek tersebut (untuk selanjutnya mari kita sebut Pak Manto dan Mbok Ti). Saya dan adik saya tumbuh dan beranjak dewasa dengan kehadiran Pak Manto dan Mbok Ti. Rasanya cukup. Tidak perlu apa pun. Barangkali itu yang membuat saya setiap kali berkunjung ke rumah mereka selalu menangis sesudahnya. Ada rasa sayang yang teramat besar, bahkan tidak ada kata yang cukup untuk menggambarkanny...

Tumbuh

Dulu sekali, di suatu hari yang lampau, ketika saya mendengar kata "bertumbuh", saya teringat dengan praktikum ketika kelas 9 atau 10 ya, yang mana kita menumbuhkan kecambah di atas kapas yang diberi air. Tapi hari ini, saya mendefinisikan bertumbuh dengan sesuatu yang berbeda lagi, sakit lagi, tantangan baru lagi, dan tidak nyaman. Kita akan dihadapkan pada keadaan yang tidak nyaman, yang mungkin membuat tubuh kita terasa resistance, malas bergerak, dan hanya ingin diam. Padahal, saat kita merasakan itu, kita sebenarnya berada dalam keadaan paling bagus dan kondisi paling powerful jika mau melawan. Kenapa? Karena artinya kita mau memulai sesuatu yang baru atau melakukan sesuatu yang tidak biasa kita lakukan, itulah mengapa rasanya tidak nyaman namun tetap merupakan keadaan yang baik. Dari renungan itu, saya mencoba mengingat kembali hal-hal yang sudah saya lakukan atau yang masih dalam bentuk rencana. Saya (dan saya yakin kalian juga), bertumbuh dengan cara masing-masing, di...