Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2017

Kenapa Langit?

Saya mau cerita. Saya adalah pecinta langit. Saya suka langit. Suka sekali. Bahkan saya ingin memberi nama anak saya dengan nama "Langit". Awalnya saya takut dibilang aneh. Tapi nyatanya banyak yang pakai nama langit. Dulu pernah di suatu wawancara organisasi, saya ditanyain begini, "Apa yang paling kamu suka?" "Langit kak." "Langit yang di atas itu?" "Yaiyalah kak, yang mana lagi?" "Hmm. Kenapa?" "Karena saya suka apapun yang berhubungan dengan langit." "Kenapa kamu tidak bilang kamu menyukai bintang, bulan? Bahkan senja? Kan biasanya cewe-cewe suka senja tuh." "Karena di langit, semuanya itu ada. Di langitlah tempatnya. Karena langit adalah himpunan gabungan dari semua itu, dari bulan bintang planet senja dan lain sebagainya." "Iya juga ya." Nah, jadi ya gitu. Saya suka langit. Okesip. Bhay

Belajar dari Matahari

Belajar dari matahari. Matahari membakar dirinya sendiri untuk menerangi semesta, untuk memberikan kehidupan kepada makhluk-makhluk semesta. Sadar ga sih? Dewasa ini sikap belas kasihan sudah semakin terkikis. Saya sadar dunia semakin sibuk. Nurani semakin tidak dihiraukan. Saya mau cerita sedikit soal belas kasihan. Jadi saya sekarang sedang kuliah di perguruan tinggi di Jogja. Nah saya biasanya pulang-balik Jogja naik kereta api. Sebut saja prameks. Emang namanya prameks sih. Mungkin prameks ga separah KRL di Jakarta, tapi di prameks analisis sosial tetap bisa dilakukan dengan mudah. Mungkin kasus yang saya bahas ini mainstream, tapi saya tetep pengen bahas *maksa*. Bagi kalian yang pernah naik prameks pasti sering menemukan orang hamil/orang tua/difabel yang tetap harus berdiri selama satu jam dari Solo-Jogja. Disini yang mau saya singgung adalah masalah rasa belas kasihan para manusia-manusia sehat yang kuat berdiri selama satu jam dan dapet tempat duduk tapi ga mau ngalah sama

Muara

Kau adalah puisi hati Di kala rindu tak bertepi Ku ingin kau ada saat ku membuka mata Hinggaku menutupnya kembali Kau sirnakan kabut kelabu Di savana pencarianku Bagai embun pagi kau Lepaskan dahaga kemarau hati Kaulah lukisan pagi yang ku kembar untuk senjaku Kaulah selaksana bunga yang warnai musim semiku Di kala hati ini Gundah Kau membuatnya menjadi cerah Kaulah matahariku dan kaulah samudra Tempat hatiku bermuara Kau jawaban dari doaku Yang akhiri penantianku Bagai bintang jatuh Kau hadirkan harapan di dalam Hati Kaulah deburan ombak yang pecahkan batu karangku Kaulah gugusan bintang yang hiasi malam gelapku Di kala hati hati ini Gundah Kau membuatnya menjadi cerah Kaulah matahariku dan kaulah samudra Tempat hatiku bermuara Tempat hatiku bermuara Gils. Pertama kali denger lagu ini langsung suka. Menurut saya cocok buat orang tua gitu lagunya. Saya rasa saya perlu memberi apresiasi kepada om adera selaku penyanyinya dan mengucapkan terima kasih kepada om

Nikah muda?

Kalian pernah ga ngerasa orang-orang di sekitar kaliah tuh kaya cuma mikirnya nikah mulu. Apalagi cewe-cewe yang berada di usia mulai dewasa, ya sekitar 18 tahun ke atas. Saya disini bukan mengeneralisasikan semua cewe-cewe di usia tersebut ya. Cuma ada beberapa 'oknum' yang pikirannya nikah nikah dan nikah. Oke gini, beberapa orang ngebet nikah yang saya kenal itu kalau saya tanya kenapa mereka kebelet banget nikah atau kenapa di pikiran mereka selalu tentang nikah nikah nikah atau mereka yang kalau apa-apa nanti ujungnya kaya gini, "nikahin adek dong bang...bla bla bla." Jawaban mereka selalu begini, "Lah daripada zina kan? Daripada kamu menumpuk dosa karena tidak bisa menjaga nafsumu? Ya mending nikah." Begitulah rata-rata. Ingat ya, disini saya tidak mengeneralisasikan. Pertanyaan saya, emang nikah tuh semudah itu ya? Emang benar-benar hanya karena hawa nafsu? Enggak kan? Nikah itu berarti bakti kita (saya sebagai wanita) untuk suami kita, benar-benar

Buat Bapak

Bapak, Surga memang berada di bawah telapak kaki ibu Tapi, di bawah telapak kaki bapak terukir kerut-kerut pengorbanan yang membuat surga menunggu Bapak, Namamu memang baru disebut setelah nama ibu disebut tiga kali Tapi, di setiap sholatku, bapak adalah pemeran utama Bapak, Di setiap langkahku selalu ada jerih payahmu Di setiap kebahagiaanku selalu ada pengorbananmu Di setiap keberhasilanku selalu ada doamu Bapak, Suatu saat baktiku memang untuk suamiku Tapi, sampai kapanpun bapak adalah pemegang gelar cinta pertamaku Bapak, Jika nanti usiaku tak sepanjang usiamu Aku harap bisa menghadiahkan surga untukmu Bapak, Terima kasih atas segala pengorbanan, keikhlasan, jerih payah, duka, lara yang bapak rasakan Terima kasih atas segala cinta, kasih sayang, perhatian yang bapak berikan Terima kasih atas kesederhaan hidup yang bapak ajarkan Semoga di setiap langkah bapak selalu ada Ridho Allah Semoga Allah selalu melindungimu Aku cinta bapak, selalu Dari, Tia, putri satu

Berdebu

Sudah lama Saya tidak bersua Saya sibuk bersosial media Upload ini itu Dan akhirnya saya merasa semua itu sia-sia Hanya kepentingan dunia Ah dunia *tiupdebu* *blogberdebu* *elap*