Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2019

Jika

Dunianya adalah dunia politik atau mungkin bisnis, atau mungkin aktivisme, atau apapun itu (karena saya juga tidak tau (?)) Sedangkan dunia saya adalah dunia yang absurd. Jika dia sangat menyukai tampil di depan umum sambil berbicara dan mengomentari segala sesuatu yang perlu dikomentari, saya lebih suka menyendiri dan memikirkan hal-hal yang kalian anggap sebagai remeh temeh, tapi bagi saya adalah sesuatu yang perlu dipikirkan. Jika dia sibuk menganalisa tentang politik, ekonomi, dan segala sesuatu yang bagi saya sangatlah memusingkan, maka sesekali saya akan mengajaknya menikmati langit malam yang luar biasa dan penuh misteri. Jika dia penasaran dengan bagaimana dollar melemah, bagaimana manuver politik bisa terjadi, atau bagaimana bisa kekacauan politik bisa terjadi, saya lebih penasaran bagaimana bisa manusia menyebut waktu adalah relatif, apa itu gravitasi kuantum, apa itu paralel universe, apa itu gelombang gravitasi. Jika bahagianya adalah berlari dan mengejar, bagi saya ba

Among the stars

Halo, nama saya Widha. Biasanya dipanggil Widha atau Tia. Saya baru saja menyelesaikan studi saya di Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada. Saya mungkin masuk dalam kategori orang aneh atau aneh banget. Entah kenapa saya sering sekali mendengar perkataan teman saya yang bilang saya aneh. Ya walaupun sambil ketawa-ketiwi, tapi kemudian saya merenung dan sepertinya memang seperti itu. Kali ini saya mau bercerita bagaimana saya sangat mencintai astronomi. Saya tinggal di sebuah desa yang tidak jauh dari kota Solo, sejak kecil setiap maghrib saya pergi ke masjid bersama teman-teman saya. Kemudian setiap pulang dari masjid, saya selalu pulang terakhir. Alasannya adalah saya duduk di teras masjid sambil memandangi langit lalu bertanya-tanya, itu apa yang bersinar, kenapa bisa bersinar, kenapa hanya ada ketika malam dan lain sebagainya. Rasa penasaran ini kemudian tumbuh menjadi maha dahsyat (?). Hingga saya bercita-cita menjadi astronot. Ya saya tau, kebanyakan anak juga memi

Kersen

Beberapa bulan yang lalu, saya melewati pohon kersen favorit saya ketika saya kecil. Dulu, sepulang sekolah saya selalu memanjat pohon itu lalu memetiki buahnya yang memerah. Saya terharu karena dia bisa bertahan sampai sekarang. Tanpa dia, mungkin masa kecil saya hambar dan monoton. Saya merasa pohon kersen adalah pohon yang ramah, bijak, dan teladan yang baik. Ia seperti diciptakan untuk memfasilitasi hobi anak-anak yang kurang beradab (memanjat dan bergelantungan). Teman-teman saya dan saya sangat senang bergelantungan di sana. Sesekali dahannya berderak. Tapi bagi saya derakan dahannya adalah ucapan selamat datang bagi anak-anak sehingga biasanya saya semakin menjadi-jadi bergelantungan dan semakin tertantang memetik buahnya yang berada di ujung dahan. Kenapa pohon kersen sangat saya sukai? Karena mengajarkan saya untuk berbagi kepada sesama. Geng saya (ceileh geng padahal ga punya temen) biasanya tidak langsung memakan buahnya setelah dipetik. Kami memetik buahnya lalu mengumpu

Teka teki silang

Di suatu hari yang lampau, saya duduk sendiri di bawah pohon gedung rektorat UGM. Saya mengumpulkan daun-daun lucu dan kemudian memasukkannya ke dalam tas saya. Kemudian saya membuka buku teka-teki silang saya lalu mulai mengerjakannya. Sesekali saya memakan kuaci yang sudah saya siapkan khusus untuk mengerjakan TTS. Setelah beberapa lama saya duduk sendirian, ada seseorang yang mendekat dan dia mengatakan, "Masih jaman ngisi buku TTS?" Saya hanya diam dan kemudian menatapnya. "Kenapa suka TTS?" Saya masih diam. Dia siapa? Saya tidak kenal dia. Hingga kemudian dia pergi. Dia siapa? Uh saya juga tidak tau.