Postingan

Rindu: Wijaya

Ritual pulang kampung saat idul fitri salah satunya adalah berkunjung ke tempat pengasuhku dulu. Lebih tepatnya pengasuhku dan adikku. Tapi rasanya aku sedikit tidak sreg dengan kata "pengasuh", karena aku merasa mereka lebih dari itu. Seperti kakek nenekku, bahkan lebih dari itu. Dulu, saat aku dan adikku kecil, bapak dan ibu full time pekerja di perusahaan. Dari aku bayi sampai adikku lahir, bahkan sampai kami sudah resmi lulus dari mereka, kami tetap selalu main ke tempat mereka. Menginap saat libur, makan bersama, ramadan bersama, bahkan kami dekat sekali dengan keluarga kakek nenek tersebut (untuk selanjutnya mari kita sebut Pak Manto dan Mbok Ti). Aku dan adikku tumbuh dan beranjak dewasa diwarnai dengan kehadiran Pak Manto dan Mbok Ti. Rasanya cukup. Tidak perlu apa pun. Barangkali itu yang membuat aku setiap kali berkunjung ke rumah mereka selalu menangis sesudahnya. Ada rasa sayang yang teramat besar, bahkan tidak ada kata yang cukup untuk bisa menggambarkannya. Sang

Tumbuh

Dulu sekali, di suatu hari yang lampau, ketika aku mendengar kata "bertumbuh", aku teringat dengan praktikum ketika kelas 9 atau 10 ya, yang mana kita menumbuhkan (?) kecambah di atas kapas yang dikasih air. Tapi hari ini, aku mendefinisikan bertumbuh dengan sesuatu yang beda lagi, sakit lagi, tantangan baru lagi, dan tidak nyaman. Kita akan dihadapkan dengan keadaan yang tidak nyaman, yang mungkin membuat kita merasakan tubuh kita resistanced, malas bergerak, dan yaudah maunya diem. Padahal, saat kita merasakan itu, keadaan kita adalah keadaan paling bagus, kita juga ada di dalam kondisi paling powerful kalau mau fight . Kenapa? Karena berarti kita mau memulai sesuatu yang baru atau kita akan melakukan sesuatu yang tidak biasa kita lakukan, makanya rasanya tidak nyaman yet nice circumtances . Dari renungan itu, aku mencoba me- recall memories tentang apa-apa saja yang sudah aku lakukan atau bahkan masih dalam bentuk rencana. Aku (dan aku yakin kalian juga), bertumbuh denga

petrichor

dia sudah meracau ke segala arah dia sudah kehabisan kata-kata kau tau, dia menyimpan baik-baik semuanya di sana berjanji, tak akan pernah membagi semua yang telah ia kumpulkan darimu, dari matamu dia dan waktu, sedang berpura-pura di tengah hujan, dia terus berjalan tapi saat ini dia tak menginginkan apa-apa kecuali hujan lekas reda

Semoga

Semoga kita semua selalu bisa merasa cukup dan bahagia dengan diri sendiri, semoga orang-orang selalu terhindar dari perkataan dan perbuatan kita yang seringkali lalai. Semoga kita bisa selalu saling menyayangi sampai Tuhan berkata tidak bisa🤍 Saya pasrahkan hidup dan mati saya kepada Tuhan yang Maha segalanya. 
Kalau boleh merasa tidak adil Sekarang saya merasa tidak adil Tapi saya bisa apa?

#siriustalk

Kalau kamu tahu betapa saya benar-benar serius ketika mengatakan saya akan menyayangimu bagaimana pun kamu, saya rasa kamu akan menyublim. Saya selalu mengatakan bahwa, kamu tidak perlu menjadi apa pun atau siapa pun, kamu hanya perlu menjadi diri sendiri, kamu tidak perlu berlomba dalam hal apa pun kecuali dalam hal kebaikan, dan kamu tidak perlu mengalahkan siapa pun, kamu hanya perlu mengalahkan diri sendiri.  Saya serius. Kamu pun begitu, tolong ingat-ingat bahwa kamu adalah orang pertama yang tahu semua hal tentang saya and will always be.  Saya tidak tahu apa yang sedang terjadi saat ini, tapi rasanya jantung saya sedang tidak berada pada tempatnya. Alam semesta saya mendadak berhenti, tidak ada kelengkungan ruang dan waktu. Berhenti.  Jika nanti kamu membaca tulisan saya ini, ketahuilah semuanya tetaplah sama. Kamu boleh cek sendiri. Kamu masih menjadi bagian dari hidup saya dan insyaallah akan selalu menjadi bagian hidup saya. Kamu boleh jadi tidak tahu bahwa kamu sudah mewarna

7 Juli 2023

“It’s the best job in the world. As long as the job solves a problem and positively impacts other people, from a distance or in a close proximity to each other. Down on the street or high up in a skyscraper, it may be done standing or sitting all day, is whatever you make of it, the best job in the world.” Adalah kutipan dari Gojek yang saya sukai. Menjadi baik, menjadi benar, menjadi peduli, menjadi bermanfaat bagi diri sendiri dan sekitar kita. Langit gelap. Daun bergerak mengikuti dahan. Rumput basah. Kamboja tidak berbunga. Dua kursi kayu. Angin tiba-tiba menjadi kencang. Saya yang berdiri nyaris terbawa. Hujan. Untung dunia belum runtuh.  Saya tahu betul semua akan berakhir, akan ada ujung, saya juga menyadari bahwa mungkin saya akan merindukan momen-momen seperti ini. Bagaimana hari kalian? Jika kalian sedang lelah dengan semua hal, sini, bersama saya, kita duduk atau berjalan bersama-sama kemana saja, tanpa arah pun tidak masalah. Kita bisa berjalan dalam diam, sampai kapan pun

Seperti Siti Hajar

Sometimes, kita tuh butuh untuk memahami dan melihat lebih dalam tentang apa-apa yang terjadi di dalam hidup kita. Penuh dengan ups, downs, kejutan, pokoknya nano-nano banget dan pasti dialami oleh semua orang. Sadar atau tidak, we  are all manusia biasa yang punya keterbatasan dalam banyak hal. Ada masanya kita merasa bahagia sekali sampai rasanya mau terbang ke awan, tapi pasti ada juga masa ketika kita mau menyerah, menyalahkan diri sendiri, menangis, atau mau bunuh diri. It's normal, because life is full of surprises. Indeed, we all just need to face it. Rasanya gampang sekali ya bilang seperti itu? Iya, gampang. Karena saya sedang waras, beda cerita kalau saya sedang down, pastilah kalimat itu tidak mempan dan merasa dunia tidak adil, paling sedih, paling menderita. Padahal, kita bukanlah pusat alam semesta, kita manusia biasa, yang terbatas, yang hanya bisa berusaha semampu kita dan menyerahkan semuanya kepada Allah. Because nothing in this world is yours. Apapun itu, akan ke