Tumbuh

Dulu sekali, di suatu hari yang lampau, ketika aku mendengar kata "bertumbuh", aku teringat dengan praktikum ketika kelas 9 atau 10 ya, yang mana kita menumbuhkan (?) kecambah di atas kapas yang dikasih air. Tapi hari ini, aku mendefinisikan bertumbuh dengan sesuatu yang beda lagi, sakit lagi, tantangan baru lagi, dan tidak nyaman. Kita akan dihadapkan dengan keadaan yang tidak nyaman, yang mungkin membuat kita merasakan tubuh kita resistanced, malas bergerak, dan yaudah maunya diem. Padahal, saat kita merasakan itu, keadaan kita adalah keadaan paling bagus, kita juga ada di dalam kondisi paling powerful kalau mau fight. Kenapa? Karena berarti kita mau memulai sesuatu yang baru atau kita akan melakukan sesuatu yang tidak biasa kita lakukan, makanya rasanya tidak nyaman yet nice circumtances.

Dari renungan itu, aku mencoba me-recall memories tentang apa-apa saja yang sudah aku lakukan atau bahkan masih dalam bentuk rencana. Aku (dan aku yakin kalian juga), bertumbuh dengan diri masing-masing, pada garis edar masing-masing, dan menuju ke tujuan masing-masing, atau bahkan tetap berjalan masih belum menemukan the north star-nya. Bertumbuh bukan berarti harus sudah mencapai ini dan itu, bertumbuh, bagiku adalah bagaimana kita me-manage diri kita. Hakikatnya, dalam hidup kita tidak perlu mengalahkan siapa pun, kita cukup mengalahkan diri sendiri. Kita juga tidak perlu berlomba-lomba dalam hal apa pun, kecuali kebaikan. Ketika kita sudah mengenal diri sendiri dan bisa mengalahkan diri sendiri, maka kamu juga bertumbuh.

Coba kita ingat-ingat, ada berapa banyak masalah yang sudah berhasil kita selesaikan, ada berapa banyak hal yang sebelumnya kita kira kita tidak bisa tapi ternyata bisa, ada berapa orang yang sudah kita bantu, ada berapa banyak hal baru yang berhasil kita unlock, ada berapa banyak tempat yang pernah kita datangi, dan ada berapa banyak kegagalan yang pernah kita alami?

Jadi itu tadi prolog curhatanku ya teman-teman wkwkwkwk, sebetulnya aku ingin bercerita semoga kalian mau dengar ya hihi. Bulan lalu, tepat aku ditolak sembilan (9) beasiswa master yang pernah aku apply. Sembilan ya teman-teman. Angka yang banyak untuk aku. Ketika pertama kali ditolak beasiswa, rasanya super sedih hingga bingung harus bagaimana. Tapi kemudian ada pada di suatu titik, aku menyadari kalau aku terus sedih dan menangisi keadaan saat itu, aku tidak bijak.

Pada saat itu aku aku menyadari, keadaan yang tidak nyaman itu justru kesempatan kalau aku memutuskan untuk belajar. Maka sampailah aku sekarang pada aplikasi yang ke-9 dan ditolak. Hurts? Of course. Sejujurnya baru kerasa sedihnya pagi tadi makanya baru nulis ini, karena begitu merasakan sedih, aku berusaha memvalidasi perasaan itu. Selain itu aku berusaha untuk mengapresiasi diriku sendiri atas usahaku sejauh ini. Karena dari kegagalan-kegagalan itu aku juga belajar, bertumbuh.

Aku masih belajar mencerna segalanya dengan hati-hati, untuk melangkah dengan percaya diri. Aku masih mencoba memahami bagaimana orang-orang bisa berlomba-lomba untuk menjadi pemimpin. Aku bahkan masih belajar memimpin diriku sendiri, aku mau menuju kemana dan bagaimana. Yang masih terus aku lakukan adalah tetap bertumbuh dengan belajar menjadi benar, menjadi baik, menjadi peduli. Untuk diriku sendiri dan orang-orang sekitarku. Tapi mari kita hentikan sifat membanding-bandingkan tersebut karena we never know apa yang dialami oleh orang lain.

Nah, selanjutnya aku juga punya kabar baik (atau masih belum buruk wkwkwk), aku masih menunggu pengumuman lainnya. Tapi aku juga ingin mengucapkan terima kasih kepada orang-orang baik yang membantu aku dalam persiapannya. Apa pun nanti hasilnya, yang jelas kali ini aku merasa persiapannya paling baik dan aku mengusahakan maksimal (semoga), aku berusaha memperbaiki yang aku rasa merupakan hal yang bisa aku perbaiki dari aplikasi-aplikasi sebelumnya. Jadi, terima kasih banyak kak eki, mas angga, dan kak putri. Semoga kalian mejadi orang yang beruntung di dunia dan akhirat.

By the way, keadaan memang tidak akan selalu nyaman, tidak ada juga yang bisa menjanjikan keadaan akan selalu nyaman. Tapi once, kamu merasa tidak nyaman, itu kesempatan kamu untuk bertumbuh, memulai sesuatu yang baru, mengalahkan diri sendiri. Kalau kita terjebak pada keadaan yang tidak nyaman, kemudian balik arah untuk keadaan yang nyaman, maka kamu kalah. Kita kalah. Maka, jadilah berani ya untuk selalu bertumbuh! Bukan masalah kita harus menang melawan mereka-mereka, karena yang terpenting adalah bisa mengalahkan diri sendiri. Jangan lupa juga bahwa kita diciptakan ke Bumi untuk menjadi khilafah. Memimpin untuk tetap berada pada kehidupan yang berlandaskan tauhid.

Say what you wanna sayAnd let the words fall outHonestly I wanna see you be brave
With what you want to sayAnd let the words fall outHonestly I wanna see you be brave

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

#siriustalk

De Lente (Episode 2)

Rindu: Wijaya